Langit retak. Cahaya merah membanjiri celah di atas, dan bumi di bawah ketiga pejuang itu bergetar, seolah-olah hendak menggeliat dari tidurnya yang panjang. Darma, Ayuna, dan Raka berdiri saling berdekatan, napas mereka berat, tubuh mereka luka-luka. Namun tekad di mata mereka jauh lebih kokoh daripada saat pertama kali mereka melangkah ke dalam desa terkutuk ini. “Gerbang Keempat…” gumam Ayuna, memandang ke arah pusaran hitam yang kini terbuka di tengah udara, menyerupai pusaran langit yang ingin menelan segalanya. Tanah di bawah kaki mereka runtuh. Tubuh mereka melayang ke dalam pusaran, ditarik ke bawah oleh kekuatan tak terlihat. Tidak ada rasa gravitasi, tidak ada rasa jatuh. Hanya kehampaan. Kemudian, sekejap kemudian, mereka mendarat bersamaan di tempat yang sama sekali tak mereka duga: sebuah ruangan batu berdinding ukiran kuno, mirip ruang pemujaan. Obor menyala dengan api hijau, dan di tengah ruangan berdiri sebuah altar besar yang ditutupi kain merah tua berlumuran d
Last Updated : 2025-07-13 Read more