Tanah retak di bawah altar menciptakan celah besar yang memisahkan Raka dari kelompoknya. Debu dan serpihan batu beterbangan di udara ketika lantai aula bawah tanah mulai runtuh perlahan, seakan ditelan oleh kekuatan purba yang bangkit. Raka terjatuh ke lantai batu yang lebih rendah. Punggungnya menghantam keras, membuang napas dari paru-parunya. Kepalanya berdengung, dan matanya berkunang-kunang. Namun di tengah kabur pandangannya, ia melihat cahaya merah menyala dari sebuah patung raksasa yang sebelumnya tersembunyi dalam kegelapan. Patung itu menggambarkan makhluk berwajah tiga, masing-masing menangis, tertawa, dan marah. “Aku tahu tempat ini,” gumam Raka sambil berdiri limbung. Suara dari masa lalu berbisik di telinganya suara seorang wanita muda, lembut namun mengandung luka. “Wahyu, jika kau bangkit kembali, kau harus memilih: dunia manusia atau dunia para penjaga.” Di sisi lain lorong atas, Ayuna memanggil dengan panik, “Raka! Kau di mana?!” Tapi suara Ayuna tertelan
Terakhir Diperbarui : 2025-07-10 Baca selengkapnya