All Chapters of Istri 24 Bulan Tuan Muda: Chapter 11 - Chapter 20

"Papaaa..."Lalita sangat frustasi. Tidak setuju di saat seperti ini sama dengan membuat Lalita malu. Mengapa sebelumnya dia setuju? Dan kenapa harus keberatan lagi di saat keluarga Brian datang untuk melamar?"Seharusnya, restu sudah tidak menjadi masalah ya om," jawab Brian sembari tersenyum.Terasa jelas sekali bahwa senyum itu dipaksakan.Darren sudah mengepalkan tangan, ia benar-benar geram. Hanya saja, Deri mencegahnya dan mengisyaratkan agar Brian pasti bisa mengatasi masalahnya sendiri."Dan juga seharusnya kalau tidak setuju, disampaikan sebelum hari ini tiba. Kalau saya boleh tahu, apa pertimbangan om tidak merestui kami?"Lagi, Brian tersenyum."Baiklah kalau begitu. Om terima lamaran kamu, Brian. Lita, kamu bersedia kan menikah dengan Brian?" tanya Hadi.Diterima? Tadi tidak setuju, Lalita tambah bingung. Ini apa dia tidak salah dengar?"Y... Ya, aku mau nikah sama Brian pa."Helaan nafas lega terdenga

Mendengar ibu mertuanya murka, Lalita berusaha untuk tidak memperkeruh suasana. Bayang-bayang Fort Consulting yang hancur seperti menambah hunjaman pisau ke dada Lalita."Tante Sab..." panggil Lalita lembut.Sabrina menoleh pada Lalita, wajahnya melunak. Bagaimanapun, Lalita tidak bersalah."Litaaaa... Duh sayaanngg... Kamu jangan nangis lagi ya. Kamu harusnya hari ini gak boleh sediihhhh. Brian, coba kamu telepon lagi papanya Lita."Kali ini, Brian pergi keluar untuk menelepon Hadi."Maaf... Maafin Lita, tante. Maafin papa juga, tante. Papa pasti begini karena kecewa berat sama Lita."Lalita terus meminta maaf pada Sabrina."Mama... Kamu harus ganti panggilan tante Sab dengan sebutan mama. Sekarang mama ini mama kamu, kamu istri Brian. Harusnya kamu panggil tante dengan sebuta mama. Kamu gak salah, udah yaa. Jangan nangis lagi..."Sabrina memeluk Lalita erat untuk menenangkannya."Ma... Om Hadi katanya bakal hadir," uca

Pagi ini Lalita terbangun lebih awal dari biasanya. Tangannya pun langsung menyambar ponsel di nakas. Selesai memeriksa ponsel, cerahnya matahari pagi berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini.Hadi belum membalas satu pun pesan dari Lalita sejak pesta pernikahannya selesai. Air mata Lalita jatuh dan membasahi seluruh wajahnya. Air matanya itu baru berhenti di saat alarm ponselnya berbunyi."Waktunya aktivitas ya..." gumam Lalita mengerucutkan bibir.Ia melangkah gontai untuk cuci muka dan sarapan."Dada ayam?" gumam Lalita setelah membuka kulkas Brian. Kulkas Brian merupakan kulkas empat pintu. Dalam kulkas besar itu, hanya terisi dada ayam dan buah-buahan. Bahkan, sayuran pun tidak ada.Takut salah melihat isi kulkas, Lalita menutup kulkas sejenak-mengusap mata, dan kemudian membuka kulkas lagi."Pantesan mukanya mulus gitu, makanannya aja sehat begini," gumam Lalita asal. Mengingat dia sudah mendapat izin Brian untuk menggunakan bahan-bahan yang ada di kulkas, Lalita mengelu

Lalita mengira dia tak akan ada hal yang membuat dia terkejut lagi setelah melihat Brian meminum jus dada ayam.Ternyata, healing versi pria ini pun mampu membuat Lalita ternganga. Akan ada kejutan apa lagi ke depannya?"Kamu gak takut kartu-kartu dalem sini aku gesek sesuka hati?""Kan kamu gak tahu pin nya."Lalita membuka dompet Brian, ia melihat satu kartu yang bisa ia jadikan senjata dan mengeluarkannya, "Kartu ini bisa langsung tap tanpa pin."Brian mengernyitkan dahi dan melihat kartu yang Lalita maksud dengan saksama, kartu kredit. Karena dapat langsung menggunakan tap, limitnya sedikit. Hanya sesekali ia gunakan saat ke luar negeri."Ya udah lah kalo kamu mau belanja pake kartu itu. Beliin aku satu jaket, sama beli satu barang kamu mau. Apa aja terserah..."Lalita mendadak pusing. Mengapa pria ini mempercayakan hartanya pada Lalita? Bisa saja Lalita iseng dan berhasil menebak pin kartu-kartunya?

"Tadi mama chat bilang mau video call tapi agak malem, sambil nunggu aku cuma kepikiran nonton."Jantung Lalita hampir saja copot. Ia sudah kaget mendengar Brian ingin menonton. Lalita terlalu percaya diri bahwa Brian belum ingin berpisah darinya."Ooohhhh, okeee."Lalita merasa malu dan lega di saat bersamaan."O iyaa, makanannya jangan dihabisin. Aku masih mau!" ucap Lalita persis dari pintu kamar mandi."Aku gak mampu habisin ini sendirian, sana-sana mandi..." usir Brian.Lalita mengutuk dirinya sendiri dalam diam di kamar mandi. Ia terus berjalan mengelilingi kamar mandi hingga rasa malunya hilang.Kemudian, Lalita mematut dirinya di depan cermin. Wajahnya berminyak, rambut berantakan, baju gombrang, celana lebar."Kalo kayak gini mah, mana ada cowok yang mikir macem-macem. Kepedean amat," batin Lalita miris.Saat selesai mandi, Sabrina ternyata sudah video call dengan Brian.[ Nih, ma! Lita udah seles