All Chapters of PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG: Chapter 31 - Chapter 40

Dua pasang kaki melangkah di atas trotoar, menikmati suasana Malioboro yang siang itu didatangi cukup banyak wisatawan dalam dan luar negeri. Meski cuaca terasa cukup panas saat itu, namun tidak mengurangi semangat keduanya menyusuri setiap sudut Malioboro.Sesekali Asha membalas senyuman warga lokal yang mengarah padanya. Beberapa kali suara pedagang kaki lima menawarkan dagangan terdengar di telinga mereka, bergantian dengan suara pengamen jalanan yang menjajakan suara mereka. Tangan keduanya berayun bersisian, sesekali tangan mereka bersentuhan tanpa sengaja membuat mereka saling menoleh.Bau makanan yang lezat dan menggugah selera memenuhi udara, membuat Asha ingin mencicipi berbagai hidangan khas Yogyakarta yang dia lihat. Akash mengajaknya menikmati beberapa cemilan dan diakhiri dengan menyantap es teler

Akash dan Asha baru saja tiba di rumah setelah melakukan perjalanan panjang. Mereka terlihat lelah namun bahagia setelah keduanya sampai di rumah dan disambut Cakra, Kinasih dan Amerta di depan pintu.Ketiganya tersenyum lebar melihat kedatangan Akash dan Asha, apalagi saat itu aura sepasang suami istri itu terlihat begitu bahagia, seolah mereka telah menikmati pengalaman yang tidak akan terlupakan. Senyum keduanya mengembang dengan wajah cerah meski terlihat sedikit kelelahan.Asha mencium punggung tangan Cakra, Kinasih dan Amerta bergantian, Akash mengikutinya di belakang. Lalu setelah itu ketiganya masuk ke rumah bersamaan. Sementara koper mereka diurus oleh Pak Bambang."Bagaimana liburan kalian di Jogja? Apakah kalian menikmatinya?" tanya Cakra saat mereka sudah berada di dalam ruang tamu.

Asha kembali fokus pada laporannya setelah kepergian Arjuna. Rasanya dia tidak habis pikir kenapa Arjuna sangat ingin mengambil alih Alpha project. Kalau memang ini sangat penting kenapa tidak diperjuangkan dengan sungguh-sungguh saat ada kesempatan, kenapa harus sekarang setelah projek itu ditangani Akash.Asha memijit pelipisnya, dia mulai berpikir apakah sebaiknya memberitahu ini pada Akash atau tidak. Kalau diberitahu apakah akan ada dampak negatif nanti pada akhirnya, tapi kalau tidak diberitahu dan Arjuna benar-benar menyabotase projek ini, bukankah itu artinya dia juga terlibat secara tidak langsung.Asha memejamkan mata sesaat, menghela nafas sepelan mungkin lalu membuka matanya kembali. Dia baru saja memutuskan akan memberitahu Akash tentang kedatangan Arjuna, tapi dia akan mencari waktu yang tepat.Drrrttt.Asha melihat ponselnya yang baru saja bergetar.[Bisa kita bicara, berdua?]Asha mengernyitkan keningnya. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal mengajaknya bertemu b

Sepasang suami istri itu baru keluar dari kamar selepas sholat Maghrib berdua di kamar. Akash melangkah ke ruang depan, sementara Asha melangkah ke dapur, niatnya satu–ingin membantu di dapur. Meski sudah dilarang Akash, tapi dia tetap berkeras hingga akhirnya Akash merelakannya ke dapur.Sementara di ruang depan Akash terkejut dengan kehadiran orang lain disana. Ada Cantika dan juga ayahnya. Mau apa?“Hai Kash, lama gak ketemu. Gimana kabar kamu?” Cantika berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Akash, merangkul lengannya seperti kebiasaan mereka sejak dulu.“Baik, duduk.” Akash melepaskan diri dari rangkulan Cantika dan memintanya duduk, ternyata Cantika malah duduk tepat di samping Akash.“Kamu bisa duduk di samping ayahmu,” ujar Akash.“Gak ah, duduk samping Ayah sudah biasa. Kan kita lama gak ketemu jadi sekarang saatnya aku melepas rindu dengan duduk di samping kamu. Gak papa kan Yah?” Andika-ayah Cantika hanya tersenyum.“Maaf ya, Cantika ini manjanya gak hilang-hilang. Dir

Cantika nampak resah di lantai bawah. Meski dia duduk di samping ayahnya dan ikut bersenda gurau dengan keluarga Akash. Tapi hatinya sepenuhnya tertuju pada sahabat kecilnya yang memutuskan menjauh.Beberapa kali dia melihat ke arah tangga menuju lantai dua. Harapannya begitu tinggi Akash melangkah turun dan menemaninya ngobrol seperti masa-masa lalu. Setidaknya dia berharap Akash turun dan bergabung di ruang tamu. Tapi nyatanya, Akash tidak turun kembali sampai dia berpamitan pulang.Wajahnya tertekuk–kesal.“Bisa panggilin Akash ga Tan? Aku pengen pamit sama dia,” ucap Cantika penuh harap.Amerta menoleh ke lantai atas, dia bahkan tidak tahu anaknya sekarang ada di kamar atau dimana.“Nanti Tante sam