Seharian penuh, ucapan Oma terus terngiang di kepala Tara. Kata-kata itu mengguncangnya, menyadarkannya bahwa selama ini, ia hanya menjadi beban bagi Dewa. Kakaknya itu harus banting tulang, kerja serabutan di bengkel, bahkan jadi kuli bangunan, hanya demi mencukupi kebutuhan mereka.Tara duduk diam di meja, menggenggam selembar kertas kosong. Tangannya mulai bergerak, menuliskan sesuatu. Setiap kata yang ditorehkan, mengalir bersama air mata yang jatuh perlahan, membasahi kertas putih itu.Begitu selesai, Tara menyelipkan surat kecil itu di antara vas bunga. Ia berdiri terpaku, menatap wajah Dewa yang terlelap. Wajah itu terlihat lelah, namun tetap tenang. Hatinya mendadak sesak, penuh dengan perasaan bersalah yang menumpuk."Aku banyak menyusahkanmu, Kak…" bisik Tara lirih, tangannya mengusap pelan kening Dewa, seolah mencoba meringankan beban yang selama ini ditanggungnya.Tara terisak, tapi ia berusaha sekuat tenaga menahan suaranya. Ia tidak ingin Dewa terbangun. Ia tak ingin tan
Huling Na-update : 2025-07-13 Magbasa pa