Udara di depan ruang UGD terasa berat. Alvaro berdiri tegak, menatap ke dalam lewat celah pintu yang sedikit terbuka. Jari-jari tangannya mengepal, berusaha menenangkan diri. Sedangkan Amora terduduk di kursi, wajahnya tenggelam di balik kedua tangan yang bergetar.Tangisnya pecah pelan, terisak, tertahan, namun nyata. Bukan hanya karena takut kehilangan, tapi karena trauma yang belum sepenuhnya pulih.Tanpa berkata apa-apa, Alvaro perlahan menurunkan dirinya, berlutut tepat di hadapan Amora.“Hey...” panggilnya lembut.Amora tidak menjawab. Tubuhnya masih gemetar.Dengan perlahan, Alvaro mengulurkan tangannya, menggenggam jemari Amora yang dingin dan basah oleh air mata. Ia kemudian menegakkan tubuh wanita itu dengan hati-hati, lalu menarik Amora ke dalam pelukannya.Pelukan itu... hangat. Tegas. Menenangkan.Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan Amora saat itu. Ia sangat takut, panik, dan merasa seolah dunia sedang runtuh. Tapi dalam pelukan Alvaro, ia menemukan sesuatu
Last Updated : 2025-08-08 Read more