Pagi itu, aroma roti panggang dan kopi hangat memenuhi ruang makan mansion. Amora menyiapkan sarapan. Tangannya cekatan menyusun piring, sementara matanya sesekali melirik ke arah Alvaro yang tengah membantu Zolin memakai sepatu sekolah.“Mas, biar aku aja yang siapin Zolin,” ucap Amora sambil tersenyum.Alvaro menggeleng, lalu jongkok di depan Zolin. Sedangkan Emran manjat di punggungnya. “Tidak, biarkan aku. Aku ingin terbiasa melakukannya. Mengurus Zolin dan Emran, bukan hanya tanggung jawabmu, tapi juga tanggung jawabku.”Zolin tertawa kecil, merasa nyaman. “Dulu, semuanya Daddy yang melakukannya. Daddy, talinya ikat kenceng, biar gak gampang lepas.”Alvaro tersenyum sabar, lalu merapikan kembali. “Sudah?”Amora tersenyum menatap pemandangan hangat tersebut. Pria itu tidak hanya mencintainya, tapi juga menerima Emran sepenuh hati, seolah anak itu adalah darah dagingnya sendiri.Mereka bertiga kemudian duduk sarapan bersama. Tawa kecil, percakapan ringan, dan tatapan penuh cinta
Last Updated : 2025-09-11 Read more