Sekar menghela napas panjang, nadanya pelan, namun cukup untuk menyapu keheningan yang menggantung di antara mereka.Ada jeda di sana—bukan sekadar hening biasa, melainkan semacam batas tak kasat mata yang baru saja mereka semua sepakati tanpa benar-benar mengucapkannya.“Kami tidak akan memaksamu, Nak,” ucap Sekar, suaranya hangat, namun ada sisa gemuruh yang belum sempat padam.“Tapi tetap... pikirkan baik-baik semuanya. Sekarang, mari kita fokus pada Ellie dulu, ya?”Ia bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah tangga, memanggil Cempaka dengan nada tegas tapi tidak tergesa.Tak lama, terdengar langkah kaki kecil menuruni tangga, lalu muncullah Elina—gadis mungil dengan piyama bermotif kelinci, rambutnya masih acak-acakan seperti gumpalan awan pagi.Begitu melihat neneknya, mata Elina menyala. Ia berlari kecil dan langsung menyambar pelukan Sekar dengan tubuh mungilnya yang hangat.Tangan Sekar membalas erat, penuh kerinduan dan k
Last Updated : 2025-07-09 Read more