Kirana tersenyum kecil, senyum yang menghangatkan sudut-sudut hatinya seperti teh hangat di pagi berkabut.Suara anak-anaknya di ujung telepon terdengar jernih, penuh perhatian tulus yang hanya bisa lahir dari cinta yang tidak dibuat-buat.“Tenang saja. Ibu sudah makan tadi,” katanya dengan nada lembut, menenangkan. “Jangan tunggu Ibu, ya. Tidur yang nyenyak. Selamat malam.”“Baik, Bu! Tapi jangan kerja sampai terlalu malam, ya! Pulang pagi-pagi juga nggak apa-apa, yang penting Ibu istirahat!” jawab mereka hampir bersamaan, seakan suara itu sudah mereka latih bersama, dengan semangat polos yang mengambang di udara seperti gelembung sabun.Senyum Kirana mengembang, perlahan tapi penuh. Ia membiarkan suaranya mengalir sejenak lebih lama, menanggapi celoteh anak-anaknya sebelum akhirnya menutup telepon.Ada jeda sunyi yang nyaman setelah itu, seperti napas dalam yang dilepaskan setelah menahan air mata terlalu lama.Duduk di seberangnya, Raka—y
Last Updated : 2025-07-06 Read more