Kirana terdiam, tubuhnya membeku seolah waktu menahan napas.Bukan semata karena pelukan itu—bukan sekadar karena sentuhan kecil yang menempel di kulitnya—melainkan karena sesuatu yang lebih halus, lebih sunyi, namun sekaligus mengguncang: rasa yang lama hilang, kini muncul lagi, lirih, samar, seperti cahaya fajar menembus kabut tebal.Pelukan itu mengalirkan kehangatan yang asing sekaligus akrab, seperti menemukan selembar halaman yang dulu tercecer dari buku kesayangan. Aroma rambut Elina, wangi lembut sabun bayi yang hampir hilang tertelan udara lembap sore, menyelusup ke hidung Kirana.Kirana terhanyut, tertarik kembali ke masa lalu—masa di mana setiap kepulangannya selalu disambut dengan pelukan hangat yang melekat, seringkali begitu tiba-tiba hingga ia terkekeh karena kaget.Sekarang, pelukan itu kembali, meski tubuh kecil Elina bergetar tersedu, meski suara isaknya nyaris tak terdengar. Ada isyarat yang terlanjur jelas: gadis kecil itu belum hilang. Masih ada pintu yang terbuka,
Last Updated : 2025-07-06 Read more