Ada keraguan yang berlapis di wajah Raka, seperti kabut tipis yang enggan pergi meski mentari sudah tinggi. Ia berdiri di ambang pintu, bahunya sedikit menunduk, jemarinya saling meremas pelan. Dari matanya, tampak pergulatan yang tak terucap.Namun akhirnya, dagunya bergerak turun perlahan. Satu anggukan kecil, nyaris tak terlihat, tapi cukup untuk menggetarkan udara di antara mereka.“Terima kasih,” suaranya nyaris tenggelam dalam desah napasnya sendiri. “Aku terima tawaranmu.”Kirana tidak langsung menjawab. Ia hanya menunduk sedikit, membiarkan seulas senyum muncul—tipis, lembut, nyaris malu-malu. Senyum yang bukan berasal dari kegembiraan besar, melainkan dari rasa lega yang baru saja menemukan ruang untuk bernapas.Ia tampak seperti seseorang yang telah menahan napas terlalu lama dan akhirnya bisa menghembuskannya perlahan.Dengan gerak ringan, Kirana melangkah masuk ke dalam rumah. “Aidan, Bayu... ayo ke sini.” Suaranya meluncur begitu lembut, menembus udara sore dengan irama ya
Last Updated : 2025-07-05 Read more