“Ini ruang publik, dan anak-anakku ada di sini. Aku tidak tertarik padamu, jadi tolong berhenti mengganggu dan pergilah.”Nada suara Kirana turun drastis, dingin, tajam, tanpa sedikit pun keraguan. Tatapannya menancap pada lelaki di hadapannya, bening mata itu seolah membeku, memotong udara yang lembap dengan ketegasan tak terbantahkan.Meski ia hanya duduk di kursi tepi kolam, auranya menekan, seperti dinding tak kasatmata yang tiba-tiba membatasi jarak mereka.Pria itu sempat terdiam. Bibirnya bergerak, namun suara tertelan. Sekilas, ada kegamangan di wajahnya, guratan kecil rasa gentar yang tak bisa ia sembunyikan. Namun, hasrat dan harga diri membuatnya nekat bertahan.Pria asing itu tersenyum tipis, mencoba menutupi kegugupannya dengan sikap sok percaya diri.“Baiklah,” suaranya terdengar lebih rendah dari sebelumnya, “kalau begitu aku tidak akan teruskan di sini. Tapi bagaimana kalau kau berikan saja nomor ponselmu? Kita bisa ngobrol lebih pribadi nanti.”Kirana mengerjap pelan,
Last Updated : 2025-08-12 Read more