Begitu langkah Rini menjejak lantai kelas, suara isakan itu langsung menyusup ke telinganya. Lembut tapi pecah-pecah, seperti gelas yang retak lalu dipaksa menampung air. Ia spontan menoleh, matanya menyapu ruangan, mencari sumber tangis yang begitu menusuk.Di pojok dekat jendela, tubuh mungil Elina terguncang, bahunya naik turun tak terkendali, wajahnya basah oleh air mata.“Ellie…” suara Rini lirih, separuh cemas, separuh ingin menenangkan. Ia segera melangkah cepat, rok panjangnya bergoyang mengikuti gerakan.Elina tetap tenggelam dalam tangis, seolah tak mendengar panggilan itu. Suara seraknya seperti menutup segala upaya orang lain untuk masuk.Di sampingnya, Yoel berdiri kikuk. Anak lelaki itu memelintir ujung seragamnya, wajahnya menyimpan rasa bersalah yang tak berani mekar penuh. “Bu Widya,” ucapnya buru-buru, “waktu kelas selesai, saya mau ajak Elina main. Tapi… mungkin caranya bikin dia kaget.”Belum sempat Rini merespons, suara lain datang memotong, lebih lantang, seakan t
Huling Na-update : 2025-08-15 Magbasa pa