Semua Bab Istri Kecil Tuan CEO: Bab 11 - Bab 20

Pepatah yang mengatakan jangan bermain-main di air yang tenang, rupanya benar-benar memiliki makna yang mendalam. Eliza terjebak, ia termakan ucapannya sendiri dan apesnya, Nicholas malah menantangnya balik. Bukan Eliza namanya jika ia menyerah begitu saja, Eliza gadis yang gigih dan tak pernah gentar oleh apapun, bahkan jika harus mempertaruhkan harga dirinya demi mempertahankan egonya. "Kamu bisa buka bra kamu sekarang. Di depan saya." Nicholas masih menelisik netra Eliza yang sesaat lalu masih beradu tatap dengannya. "Kamu mau membuktikan kalo saya beneran homo atau nggak, begitu kan?" Telak. Ketahuan sudah tujuan Eliza menggoda Nicholas. Gadis yang masih mengenakan seragam SMA-nya itu mendadak pucat, bibirnya seketika terkunci. Bagaimana bisa Nicholas paham pada tujuan Eliza menggodanya? Apakah permainannya ini terlalu kekanakan untuk Nicholas yang dewasa? "Ayo, buka." Bersamaan dengan Nicholas mengucapkan titah itu, ponsel yang ia letakkan di saku kemejanya tetiba berbu

Sudah tiga hari Eliza boyongan dan menempati kamar di lantai atas mansion barat. Nicholas benar-benar mewujudkan kamar impian Eliza hanya dalam waktu sehari. Semua sudut kamar berwarna pink, kecuali karpet dan tirainya yang berwarna kuning. Nicholas seakan paham selera Eliza tanpa harus banyak bertanya pada istrinya itu. Selama tiga hari itu pula, Nicholas memperlakukan Eliza dengan sangat baik di mansionnya. Sesuai dengan kesepakatan, Nick menyiapkan sarapan dan susu untuk Eliza, sebelum akhirnya mereka berdua memulai hari di tempat yang berbeda. Pun, malamnya Nicholas akan memasak lagi menu makan malam yang lezat, yang membuat Eliza ketagihan dan tak sabar untuk menikmati menu makan malam berikutnya. Baru kali ini Eliza melihat seorang pria yang pintar memasak, bahkan papanya saja tak bisa membedakan mana garam dan gula. "Kenapa melamun? Kamu bisa telat berangkat ke sekolah kalo makananmu belum disentuh." Suara Nicholas memecah lamunan Eliza yang sempat berkelana. Pria itu menge

Tadinya, Nicholas hendak naik ke ranjangnya sendiri usai membersihkan diri. Namun, rasa penasaran malah membawanya naik ke lantai dua dan berakhir berdiri di depan ranjang Eliza. Gadis yang tengah mengandung benihnya itu sudah tertidur dengan tubuh meringkuk di bawah selimut, televisi besar yang berhadapan dengan ranjangnya pun masih menyala dan menayangkan film dari channel berbayar. Lama Nicholas memandangi wajah yang tengah pulas itu, hingga kemudian ia menekuk kakinya dan duduk bersimpuh di sebelah ranjang Eliza. Ini kali pertama Nicholas masuk ke kamar istrinya sendiri setelah hampir seminggu mereka tinggal serumah. Dan selama itu pula, tak ada percakapan berarti yang mereka lakukan selain hanya basa-basi. Nicholas tak pernah benar-benar tahu apa keinginan Eliza, apa mimpi-mimpi besar yang ingin ia raih atau apa saja makanan favoritnya. Nick seakan trauma untuk mengulang fase itu lagi, fase di mana dirinya menjalani hubungan bernama cinta sendiri. Pertama kali melihat dan mencu

Sejak tinggal di rumah Nicholas, tak pernah sekalipun pria itu membahas tentang keluarganya pada Eliza. Antara tidak peduli dan tidak mau tahu, Eliza pun tak pernah berniat untuk menanyakan silsilah keluarga suaminya. Tadinya, Eliza pikir keluarga Benedict adalah keluarga yang harmonis, tetapi sejak terakhir kali Nicholas marah karena Eliza bertanya tentang Ricky dan menolak mengakui pria itu sebagai adiknya, Eliz jadi malas membahas tentang mereka. Kini, di tangan kecilnya, ada sebuah kalung berliontin mutiara yang merupakan hadiah dari mama mertuanya yang tinggal jauh di Eropa sana. Entahlah, sejak melihat kalung indah ini, perasaan Eliza seperti terketuk untuk menanyakan seluk beluk dan awal mula prahara di keluarga Benedict. Mengapa Nick sampai sebenci itu pada Ricky? Padahal, meskipun mereka berbeda ibu, tetapi wajah mereka sangat mirip bahkan hampir identik seandainya Nicholas lebih murah tersenyum seperti Ricky. Rasanya sangat aneh, mengapa ibu kandung Ricky malah tinggal di

Latihan cheers hari ini menjadi latihan pamungkas, karena minggu depan tim mereka sudah tampil di acara pentas seni sekolah, sebelum nantinya akan ada acara wisuda kelulusan di bulan berikutnya. Eliza benar-benar tampil all out untuk acara terakhirnya ini. Kehamilannya tak boleh menghalangi kelincahan Eliza yang sudah berjuang keras untuk tampil sempurna di pentas seni. Tak ada waktu untuk galau dan meratapi nasib, Eliza mengesampingkan semua permasalahannya untuk sementara demi performanya minggu depan. Ia tak boleh lengah, Eliza harus menjadikan momen ini sebagai kenangannya yang tak terlupakan. Namun, ada kalanya keinginan tak sejalan dengan kenyataan. Seperti malam ini contohnya. Sejak tahu bahwa dirinya berbadan dua, Eliza sudah berusaha mati-matian untuk mengubur sosok Rio dalam ingatannya, pun dari hatinya. Namun, takdir berkata lain. Kini laki-laki muda itu muncul di rumahnya, dengan membawa kado untuk Elina. Dua tahun Eliza menjalin hubungan backstreet bersama Rio. Tak ad