"Aku nggak ngajak. Dia maksa ikut," gumam Mahesa, suaranya datar seperti kabut pagi yang menahan sinar matahari.Di sampingnya, Lukas malah mengangguk mantap, seolah ucapan itu adalah pengakuan yang ia banggakan."Betul. Kamu lagi terpuruk, dan kesempatan ini terlalu sayang buat dilewatkan. Masa aku nggak datang? Harus dong, biar kamu terharu."Nada suaranya riang, nyaris meledek, dan Nadira langsung mengepalkan tangannya. Napasnya naik turun, seperti api kecil yang siap menyambar kayu kering."Aku sangat terharu. Tapi itu nggak akan menghentikanku buat hajar kamu."Lalu, seolah lampu merah menjadi aba-aba bagi sebuah duel tak resmi, Nadira melingkarkan tangannya ke leher Lukas dari kursi belakang.Cekikannya spontan, cepat, dan penuh dendam main-main. Lukas tergagap, matanya membelalak sementara mulutnya menganga mencoba menarik udara.“Mahesa! Kamu cuma nonton doang?! Cepet bantuin!”Mahesa, yang duduk tenang di kursi depan,
Last Updated : 2025-08-31 Read more