“Dalam beberapa hal, dia sangat mirip kamu,” kata Nayaka perlahan, seperti memilih setiap kata dengan hati-hati.“Makanya aku langsung terpikir menghubungimu. Aku cuma berharap Kiandra nggak mengulang kesalahanmu. Kamu tulus, kamu total. Tapi pada akhirnya, kamu juga yang paling terluka.”Hening menggantung sejenak, seolah ruangan ikut menahan napas, menanti reaksi dari lawan bicara Nayaka.Namun, tidak ada yang menjawab, hanya tatapan sayu yang menunduk, menyembunyikan getir yang tak lagi bisa dihapus waktu.Sementara itu, di lantai empat rumah sakit, suasana kamar perawatan bernomor 417 masih tenang. Lampu langit-langit yang redup menyinari ruangan bernuansa pastel, di mana bau antiseptik menggantung ringan di udara.Di sisi ranjang pasien, Lukas duduk dengan postur santai, satu kaki menyilang, sementara tangannya memainkan tutup botol minuman isotonik.Di sebelahnya, Mahesa, yang kini tampak jauh lebih bugar dibanding tiga tahun lalu, men
Last Updated : 2025-09-04 Read more