Semua Bab Gadis Terakhir: Bab 31 - Bab 40

Selesai dengan urusan serah terima jabatan dan tour bertemu klien—Aarav menghubungi sahabat semasa kuliah.Dia dan Henry sepakat untuk bertemu di salah satu club malam langganan mereka dulu.Henry mengatakan kalau dia telah memesan meja VIP jadi Aarav langsung menuju ke area VIP menyebrangi lautan manusia yang tengah meliuk-liukan tubuhnya di lantai dansa.Naik ke lantai dua, Aarav menemukan Henry namun ternyata dia tidak sendiri karena ada Shawn, Robert, Britney, Abigail dan Alexa.Langkah Aarav memelan karena ragu, senyumnya pun pudar begitu sampai di meja para sahabatnya.Aarav menyalami Henry, Robert, Shawn dan Britney dengan pelukan masculin dan mendapat kecupan di pipi dari Britney.Mereka berempat adalah teman satu angkatan Aarav.“Aku bawa Abigail, dia mau ikut waktu tahu kamu akan datang.” Robert memberitahu. Robert adalah kakak dari Abigail.Aarav hanya tersenyum bersama anggukan menyapa Abigail.“Kamu masih ingat Alexa? Dia yang cintanya kamu tolak dulu padahal kalian pern

“Malam Bu,” sapa pak Agung begitu Sifabella duduk di kursi penumpang belakang.“Malam Pak.” Sifabella menyahut pelan.Sudah berjam-jam Sifabella mematut diri di depan cermin tapi dia masih saja merasa tidak percaya diri.Padahal sering dugem tapi tiba-tiba Sifabela takut salah kostum.Juga dengan make up yang berulang kali diganti dengan berbagai tema sampai dia lelah sendiri.Ponsel yang dia genggam berbunyi, satu pesan masuk dari suami lucknutnya.Sifabella menggeser layar untuk membaca pesan masuk tersebut.Aarav : Bell, gue udah sampe. Gue tunggu depan pintu ya.Sifabella : Iya, aku udah jalan.Selang berapa lama pak Agung menghentikan laju kendaraannya pertanda kalau mereka telah sampai.Belum sempat Sifabella menarik handle pintu, benda tersebut sudah dibuka dari luar.“Waw! Totalitas sekali!” Aarav berseru memuji.Matanya berbinar tampak terpukau

Pagi itu, Aarav terbangun lebih dulu dengan Sifabella berada di pelukannya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.Wajah dan tubuhnya pucat setelah dia gempur semalaman.Bibir Aarav tersenyum sambil mengamati wajah dengan eyelener meleber oleh keringat dan lipstik yang sudah habis dia lumat.Dengan atau tanpa make up, bahkan saat make up di wajah Sifabella meleber sekalipun—istrinya itu masih saja terlihat cantik.Aarav tidak mengerti kenapa perempuan seperti Sifabella masih perawan dan tidak memiliki kekasih di usianya yang cukup matang?Aarav mengecup dalam kening Sifabella membuat Sifabella terjaga.Sifabella menggeliat bersama erangan parau kemudian membuka mata dan saat itu netranya bertemu dengan netra Aarav.Tiba-tiba canggung mengambil alih karena Sifabella teringat setiap detail kejadian tadi malam dan Aarav yang melihat perubahan ekspresi di wajah Sifabella jadi salah tingkah.Keduanya bergerak menjauh, membalikan badan saling memunggungi.Sifabella mengerutkan wajahny

Dengan bantuan asisten rumah tangga, Sifabella berhasil membuat kue bolu.Sifabell membuat tiga sekaligus dan rasanya cukup enak, dia bangga sekali.Tadi Wina mengatakan kalau acaranya diadakan di gelanggang olah raga yang jaraknya tidak jauh dari rumah jadi Sifabella memilih jalan kaki.Dia cukup kerepotan membawa tiga tumpuk dus berisi kue bolu.“Hai Aunty,” suara seorang gadis kecil menyapanya.Sifabella melongokan kepala melewati tumpukan dus kue.“Haiii ….” Sifabella tersenyum ramah sambil menatap lekat gadis mungil nan cantik dengan rambut dikuncir dua.“Apa Aunty bisa bahasa Indonesia? Aunty berasal dari Indonesia, kan?” Gadis kecil itu bertanya lagi.“Iya sayang, Aunty bisa berbahasa Indonesia … kamu pintar sekali berbahasa Indonesia,” puji Sifabella karena dari tadi gadis kecil itu bicara menggunakan bahasa Indonesia padahal kalau diperhatikan, dia memiliki kulit putih dan rambut pirang juga mata biru yang indah.“Mommyku berasal dari Indonesia dan daddyku berasal dari sini.”

Sifabella tidak pernah diajarkan bagaimana menjadi istri yang baik atau dia tidak pernah tahu sebenarnya tolak ukur istri yang baik itu seperti apa.Tapi saat dia sudah menikah dan tinggal bersama Aarav, insting seorang istrinya bekerja dengan bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan.Jadi saat Aarav turun dari lantai dua di mana kamar mereka berada, aroma harum masakan Sifabella segera saja memanjakan indra penciumannya membuat langkah pria itu tertuju ke ruang makan.Namun fokusnya jadi berubah, malah tertuju pada Sifabella yang tengah membungkuk setengah menungging untuk mencari sesuatu entah apa di kabinet bagian bawah lemari.Posisi menunggingnya memang biasa tapi bila menggunakan legging sport dan bra sport, Sifabella jadi tampak menggiurkan dan rasanya Aarav ingin ‘memakan’ Sifabella saja pagi ini.Setelah menemukan apa yang dicari, Sifabella langsung menegakan tubuhnya.“Aaawww ….” Sifabella langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara Aarav mengaduh lantaran tangannya