“Gue enggak bisa menjauh dari Abi karena Abi adalah temennya teman-teman gue juga!” Aarav meminta pengertian, suaranya tetap rendah namun mata pria itu menyorot tajam memprotes.“Kalau gitu Mas enggak usah temenan sama mereka lagi.” Sifabella melipat kedua tangan di dada.“Ya enggak bisa lah, Bel ….” Aarav mengesah, menghadapkan tubuhnya pada Sifabella.“Kenapa? Mas butuh teman curhat? Curhat sama aku, Mas butuh teman bertukar pikiran? Ngobrol sama aku, Mas mau dugem? Dugem sama aku … apalagi? Mas butuh apa lagi? Aku bisa jadi temennya Mas.” Sifabella menaikkan nada suara disertai dagu yang dia angkat tinggi, menantang.Aarav mengembuskan napas kasar. “Enggak semudah itu, Bella.” Aarav melanjutkan memasak dan tidak bersuara karena sambil melamun sampai spaghety buatannya jadi.“Gue bisa masa kain sarapan buat lo, lo enggak usah sarapan di rumah si duda itu,” kata Aarav membalas celotehan Sifabella sebelumnya.Kalau dia juga bisa melakukan apa yang si duda lakukan.“Iya, sebenarnya ki
Terakhir Diperbarui : 2025-06-14 Baca selengkapnya