Pukul dua sore hari di rumah sakit Harapan Insan. Bela kembali bersandar ke bantal, matanya masih menerawang ke luar jendela. Sinar matahari mulai bergeser, meninggalkan bayang-bayang samar di lantai. Hardian duduk di sisi tempat tidur, memandangi wajah perempuan itu yang tampak jauh, seolah pikirannya sedang berada di tempat lain—bersama seseorang lain.“Bela …,” gumamnya memanggil pelan, setelah beberapa menit hening.Bela hanya mengedip, pelan.Hardian mencoba tersenyum, meski kaku. “Ngomong-ngomong kamu kuliah apa kerja ya? Kita udah beberapa kali ketemu, tapi belum pernah ngobrol santai. Maksudku, ngobrol yang beneran ngobrol.” Suaranya dibuat serileks mungkin, mencoba mencairkan suasana yang terasa dingin. Beberapa jam terlewati bersama Bela, tapi hanya terasa suasana canggung dan asing. Padahal Hardian sampai berkorban tidak masuk kuliah demi menemani Bela. Karena dokter dan perawat yang memeriksa Bela, mengatakan pasien bernama Bela Mariana ini sebetulnya tidak sakit apa-apa
Huling Na-update : 2025-07-17 Magbasa pa