"Dia emosi waktu itu, Dit. Aku nggak mau cari pembenaran buat dia, tapi ... mungkin Hardian juga nggak cerita karena dia bingung. Serba salah. Karena walau bagaimana pun, Damar itu papanya kan.” Adit terdiam. Ia mengatupkan rahangnya, menahan amarah yang menggelegak di dadanya. Tapi ia tahu Sarah benar. Di satu sisi, Damar adalah sosok yang semakin membingungkan. Di sisi lain, Hardian tetaplah anak dari pria itu. Posisi Hardian sungguh tidak mudah. Jadi Adit berusaha mengerti. Adit menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Lalu ia kembali berbaring, menatap Sarah. "Kalau dia ... sampai nyakitin kamu lagi, kamu janji sama aku, kamu langsung kasih tahu aku. Jangan tutupin apa pun, oke?" Sarah menatap Adit lekat. Ada haru yang menggantung di pelupuk matanya. "Aku janji." Adit tersenyum tipis, lalu menarik wajah Sarah mendekat. Mereka kembali berciuman, kali ini lebih pelan, lebih penuh rasa sayang yang mendalam. Tak terburu-buru. Tak tergesa-gesa. Hanya ingin memastikan bahwa sat
Last Updated : 2025-07-10 Read more