Share

Pilihan sulit

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-07-16 21:32:58

Di tempat lain, jauh dari denting tegang kantor lantai tujuh MIMPI MEDIA, rumah minimalis klasik bercat putih gading yang ditempati Hardian terasa hening. Udara pagi menjelang siang menyusup lewat celah jendela, membawa aroma tanah basah yang baru disiram tetangga sebelah.

Hardian duduk santai di meja makan. Lontong sayur hangat tersaji di hadapannya, aroma kuah santan dan bumbu rempah menggoda penciuman. Ia menyantapnya perlahan, tidak terburu-buru.

Sesuap lontong baru saja masuk ke mulutnya saat ponsel di meja bergetar pelan. Getaran itu nyaris tenggelam di antara suara pembawa berita pagi yang sedang membacakan berita kriminal.

Refleks, tangan kirinya meraih ponsel. Ia menatap layar yang menampilkan nomor tak dikenal. Namun jelas dengan kode area yang familiar. Matanya menyipit. Tanpa berpikir dua kali, ia menerima panggilan itu.

"Halo?" sapanya, suara masih sedikit berat karena baru beberapa saat lalu bangun tidur dan mandi.

"Selamat pagi, Pak Hardian?" suara perempuan di ujung t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Pilihan sulit

    Di tempat lain, jauh dari denting tegang kantor lantai tujuh MIMPI MEDIA, rumah minimalis klasik bercat putih gading yang ditempati Hardian terasa hening. Udara pagi menjelang siang menyusup lewat celah jendela, membawa aroma tanah basah yang baru disiram tetangga sebelah.Hardian duduk santai di meja makan. Lontong sayur hangat tersaji di hadapannya, aroma kuah santan dan bumbu rempah menggoda penciuman. Ia menyantapnya perlahan, tidak terburu-buru. Sesuap lontong baru saja masuk ke mulutnya saat ponsel di meja bergetar pelan. Getaran itu nyaris tenggelam di antara suara pembawa berita pagi yang sedang membacakan berita kriminal.Refleks, tangan kirinya meraih ponsel. Ia menatap layar yang menampilkan nomor tak dikenal. Namun jelas dengan kode area yang familiar. Matanya menyipit. Tanpa berpikir dua kali, ia menerima panggilan itu."Halo?" sapanya, suara masih sedikit berat karena baru beberapa saat lalu bangun tidur dan mandi."Selamat pagi, Pak Hardian?" suara perempuan di ujung t

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Politik kotor

    Suara Sarah menggema. Jelas. Tegas. Dan mengguncang suasana yang sudah menegang sejak tadi.Semua langsung menoleh ke arah Anton. Menatapnya tajam. Bahkan beberapa ada yang berbisik- bisik lirih. Menduga-duga nasib apa yang akan terjadi selanjutnya pada Anton setelah dipanggil Bu Sarah - Direktur MIMPI MEDIA yang pasti mempunya kuasa yang besar setelah CEO Indra. Anton yang duduk di kursinya sambil menekan-nekan luka di sudut bibir, menegakkan badan dengan ekspresi tak suka. Wajahnya kaku. Matanya menantang, seolah hendak menunjukkan bahwa dia tidak takut. Tapi gerakan tubuhnya sedikit ragu.Tak ada satu pun suara dari karyawan lain. Hanya derit kursi Anton saat ia bangkit berdiri.Dia menarik napas, menepuk-nepuk kemejanya, lalu berjalan menuju ruang direktur. Pandangannya lurus menatap Sarah."Siap, Bu Sarah," ucapnya, sinis dan sumbang.Sarah tidak menjawab. Ia hanya menoleh sedikit, membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Anton masuk terlebih dahulu. Setelah itu, ia pun menyusul

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Kembali memeluk dan mencium Adit

    Pintu ruang direktur tertutup rapat. Begitu sunyi di dalamnya, kontras dengan kehebohan yang baru saja terjadi di luar.Sarah berdiri di depan Adit, matanya masih penuh kecemasan. Ia mengusap wajah Adit dengan kedua tangannya, seolah ingin memastikan bahwa pria itu baik-baik saja."Anton belum sempat mukul kamu, kan?" tanyanya cemas, napasnya masih sedikit memburu.Adit menggeleng. "Belum. Anton belum sempat mukul aku. Tadi aku yang duluan mukul dia. Aku nggak tahan, Sar. Dia keterlaluan."Tanpa berkata apa pun, Sarah memeluk Adit erat. Pelukan yang hangat dan penuh kekhawatiran. Wajahnya menempel di dada Adit, mendengarkan detak jantung pria itu yang masih cepat."Tadi aku beneran cemas banget, Dit. Lihat kamu ditahan sama tiga orang, dan Anton udah siap mukul kamu. Aku pikir kamu beneran bakal dihajar," lirihnya.Adit memejamkan mata, membalas pelukan itu dengan lembut. Tangannya melingkari punggung Sarah.Beberapa menit berlalu dalam keheningan hangat. Lalu pelukan itu terlepas per

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tersudut

    Suasana lantai tujuh MIMPI MEDIA yang biasanya tenang di pagi hari, tapi pagi ini berubah jadi mencekam.Adit yang sejak tadi sudah menahan amarahnya, akhirnya meledak. Pukulan keras mendarat di rahang Anton, membuat pria itu terhuyung dan kursinya jatuh terguling. Suara hantaman begitu keras, disusul dengan suara jeritan kaget dari Giska, Erni, dan tiga karyawati lain yang baru datang."ADIT! GILA LU!" jerit Giska sambil bangkit berdiri."Hentikan! Hentikan, Dit!" Erni berteriak, mencoba mendekat, tapi tubuhnya gemetar.Anton tersungkur ke lantai. Mulutnya mengucurkan darah dari sudut bibir, namun pria itu bangkit berdiri perlahan, wajahnya merah padam karena marah. "GUE NGGAK AKAN DIAM! LO MAU MAIN KERAS?!"Didin, Galih, dan Jeri yang duduk di kursi kerja masing-masing, tak jauh dari mereka segera melompat bangun, berlari untuk merelai."Dit! Cukup, Dit!" teriak Didin, memegangi tangan Adit yang sudah mengepal lagi.Galih dan Jeri masing-masing menahan kedua bahu Adit dari sisi kana

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   "Coli pake foto Sarah" Provokasi Anton

    Adit membaca ulang pesan itu perlahan. Matanya menyipit. Jemarinya menggantung di atas keyboard. Ia terdiam cukup lama, bahkan sampai layar laptopnya berubah ke mode login dan lampu backlit mulai redup. Kepalanya penuh dengan kemungkinan. Kata-kata Yuli sangat disengaja. Ia ingin menciptakan rasa penasaran. Menggoda dengan setengah rahasia. Tapi juga menjebak. ‘Tanpa Sarah, pastinya.’ Kalimat itu lebih dari sekadar sindiran. Kalimat jujur, seperti pernyataan perang. Langsung menargetkan Sarah. Dan jika Yuli memang sudah sebegitu beraninya, artinya ia sudah merasa kuat. Sangat kuat. Jadi dia benar-benar punya backingan yang sangat berkuasa sekarang? Adit menghela napas dalam. Ia bisa saja membalas ketus. Bisa saja melapor ke Sarah sekarang juga. Tapi ia tahu permainan seperti ini tidak bisa dilawan dengan emosi. Ia berpikir. Kalau Yuli memang punya backingan kuat, bisa jadi dia sedang dijadikan pion dalam permainan yang lebih besar. Mungkin bukan sekadar ingin menjatuhkan Sarah. Mu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Lanjut ciuman di ruang kerja Sarah

    "Astaga ... mikirin semua ini bikin kepalaku mau pecah," gumam Adit pelan.Tanpa sadar, langkah mereka berdua sudah sampai di depan ruang kerja Sarah. Suasana lantai 7 masih sepi, hanya terdengar suara AC dan derit lift dari kejauhan.Sarah membuka pintu ruangannya, dan Adit ikut masuk begitu saja.Begitu pintu tertutup, Adit langsung menarik Sarah dalam pelukan erat. Sarah terkejut, tapi tak menolak. Justru ia balas memeluk tubuh Adit, menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.Mereka saling berpelukan sejenak, tak ada kata, hanya suara napas yang menyatu. Lalu Adit mencium bibir Sarah. Lembut, perlahan, namun dalam. Seolah ia ingin menghapus jejak kemarahan yang tadi masih menempel di hati Sarah karena Yuli.Sarah membalas ciumannya. Tangannya terangkat, menyentuh wajah Adit, mengelus pipinya yang sedikit kasar karena belum bercukur. Bibir mereka semakin melumat, dekapan mereka semakin erat, tak ada sekat. Bahkan Adit bisa merasakan bulatan lembut yang menekan dadanya. Sedan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status