Sarah menatap Damar dengan senyum sinis yang tidak biasa. Senyum yang tidak berasal dari kelembutan atau kasih, melainkan dari rasa muak yang mendalam.“Astaga Damar … aku pikir, kamu pintar,” ucap Sarah seraya menggeleng perlahan. “Tapi ternyata kamu tidak terlalu cerdas juga ya.”Damar yang sudah bersiap melangkah ke kamarnya langsung berhenti. Bahunya kaku, lalu perlahan ia menoleh, menatap Sarah dengan alis menyatu. “Apa maksudmu?” tanyanya curiga.Sarah melangkah maju, berdiri di balik meja, lalu bersandar ringan dengan kedua tangan terlipat di dada. “Kamu pikir kamu bisa menyingkirkan Adit dengan menyebarkan foto-foto itu ke media? Kamu mau ciptakan opini publik bahwa dia pemangsa gadis tak berdaya? Bahwa dia pria bejat?”Damar tersenyum mengejek. “Dan kamu pikir aku nggak bisa? Kamu benar-benar meremehkan aku, Sarah.”“Bukan Adit yang aku pikirkan sekarang,” jawab Sarah tajam. “Tapi anak kita, Hardian.”Damar mengedipkan mata, bingung. “Apa maksudmu?”Sarah menghela napas, lalu
Huling Na-update : 2025-07-20 Magbasa pa