Adit masih berdiri di tempat yang sama, seolah dunia telah membekukannya dalam luka. Tatapannya kosong menembus gelapnya malam, tapi pikirannya penuh riuh.Penuh kenangan, penuh suara tawa Sarah yang kini hanya gema samar di kepalanya.Lalu langit seperti turut berduka.Setetes hujan jatuh mengenai rambutnya.Disusul lagi, dan lagi, sampai tak terhitung jumlahnya. Dalam hitungan detik, hujan mengguyur tubuh Adit dengan deras, tanpa ampun, seolah-olah langit sendiri pun tak kuat menahan tangisnya.Namun Adit tidak bergeming.Ia tersenyum.Senyuman getir, penuh luka dan kehilangan. Senyum seseorang yang sudah kehilangan arah.Ia mendongak, memejamkan mata.Dingin air hujan membasahi wajahnya, bercampur dengan air mata yang sejak tadi belum berhenti mengalir.“Bagus,” gumamnya lirih, hampir tak terdengar. “Setidaknya langit masih peduli kalau aku lagi patah hati.”Ia tertawa kecil, bukan karena lucu, tapi karena segalanya terasa begitu tragis. Tertawa dengan bibir bergetar, tubuh menggig
Terakhir Diperbarui : 2025-06-23 Baca selengkapnya