All Chapters of Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat: Chapter 111 - Chapter 120

Happy Reading*****Yunita dan Nazar juga terkejut mendengar apa yang diucapkan Anjani. "Papa belum tahu jika Bagas sudah menemukan perempuan yang telah melahirkan Fardan?" tanya Anjani. Dia menatap sang suami seperti tak percaya. Mana mungkin seorang Surya tidak mengetahui hal penting semacam itu. Walau tidak begitu dekat dengan Bagas, tetapi suaminya itu selalu memantau keadaan putranya dengan baik. Surya menggelengkan kepalanya. "Kamu yakin jika dia perempuan yang sudah melahirkan Fardan, Gas?" tanyanya."Yakin, dong, Pa. Cincin pemberian Ayah milik Bagas yang sempat hilang, ditemukan di tangan perempuan itu," sahut Anjani, antusias. Dia sampai mengesampingkan keberadaan Mutia yang mungkin saja akan sakit hati saat ini. "Siapa dia, Ma?""Tidak penting masalah dia, Ma. Aku bisa memberikan kompensasi berupa materi paadanya karena Fardan sendiri tidak mau Elvina menjadi mamanya," sahut Bagas."Hah, Elvina adalah perempuan yang sudah melahirkan Fardan?" tanya Nazar. Bagas menoleh d

Happy Reading*****Mutia mendelik ke arah Bagas. "Siapa?" tanya Bagas tanpa suara, hanya menggerakkan bibirnya saja."Nenek," sahut Mutia juga menggerakkan bibirnya saja. "Mut, apa itu suara Nak Bagas? Kamu bohong sama Nenek?" tanya Jannah dengan suara yang semakin tinggi. "Nek, jangan salah paham. Aku nggak berniat bohong. Semalam, aku memang berniat menginap di rumah Ariana, tapi si kecil datang menjemput sama Mas Bagas.""Jadi, kamu menginap di rumahnya Nak Bagas yang ada Mama kandungnya Fardan. Di mana harga dirimu, Mut?" bentak Jannah. Memutus perkataan dan penjelasan dari cucunya. "Nek, nggak begitu," kata Mutia dengan suara bergetar bahkan nyaris menangis. Bagas merebut ponsel yang berada di tangan Mutia. Sebelah tangannya, mengelus puncak kepala kekasihnya itu sambil menggelengkan kepala. Mungkin, maksudnya ingin menenangkan si ibu guru. "Nek, saya yang memaksa Mutia untuk menginap di sini, tapi Nenek tenang saja. Kami tidak menginap di rumah yang sudah terkontaminasi

Happy Reading*****Mutia termenung, bayangan wajah lelaki itu sangat jelas terlihat. "Mungkinkah?" katanya."Tia, apa yang kamu lihat?" Sang dokter mengguncang pelan lengan Mutia."Eh, iya, Dok." Mutia tersadar dari semua lamunannya."Mau cerita?" tanya sang dokter.Mutia cuma menggelengkan kepalanya. "Lain kali, Dok. Saya masih nggak yakin, jika benar lelaki itu yang merusak masa depan saya," ucapnya."Hmm." Sng dokter menatap Mutia dengan seksama. "Apakah kamu mengenalnya?""Iya, Dok."Memegang pundak pasiennya, sang dokter tersenyum. "Bicarakan baik-baik. Saya nggak mau kamu kembali mengalami depresi berat yang menyebabkan seluruh kehidupanmu menjadi lumpuh seperti sebelas tahun silam. Ingat, Tua. Kesehatan lebih penting dari segalanya.""Iya, Dok.""Oke. Oleh karena kamu sudah bisa mengatasi masalah yang membuatmu depresi dan sepertinya kondisi mentalmu sudah jauh lebih baik. Saya nggak akan meresepkan obat.""Tapi, Dok. Bagaimana jika saya bertemu dengan lelaki itu dan kembali m

Happy Reading*****"Pa," kata Bagas. Lelaki itu menarik lengan papanya supaya berhadapan dengannya. "Apa kebenaran yang Papa sembunyikan dariku?""Papa nggak akan mengatakannya sebelum perempuan ini mengaku bahwa dia sudah memalsukan hasil tes DNA yang dia berikan ini," kata Surya.Sang pemimpin kota melempar kertas yang dia pegang ke muka Elvina. "Profesimu memang seorang model dan mungkin juga artis dengan peran yang sudah terbiasa kamu mainkan. Tapi, jangan harap kamu bisa memainkan peran sebagai mama kandungnya Fardan. Kamu nggak pantas," bentak Surya.Elvina terkejut bahkan sampai harus memundurkan tubuhnya. Namun, semua itu cuma sebentar karena beberapa detik kemudian, sang model sudah berubah tenang kembali. "Kenapa saya nggak pantas? Saya sudah mengandungnya selama sembilan bulan dengan susah payah bahkan ketika saya belum mengetahui siapa lelaki yang telah menghamili saya. Apa maksud Pak Surya sebenarnya? Saya nggak akan bertarung dengan keluarga Anda untuk memperebutkan hak

Happy Reading*****Bagas dan semua orang yang ada di ruang tamu menoleh pada lelaki tak diundang yang kini berdiri di pintu rumah tersebut. "Tama?" kata Bagas dan Surya bersamaan."Hai, Gas," sapa lelaki berbadan tegap dengan tinggi sekitar 175 cm. "Selamat malam, Om, Tante," lanjutnya menyapa kedua orang tua Bagas. Tama melangkahkan kakinya mendekati mereka semua walau sang pemilik rumah belum mempersilakan. Dia berdiri tepat di samping Elvina yang perkataannya sengaja dipotong karena jelas mengandung kebohongan."Ada perlu apa kamu ke rumahku, Tam?" tanya Bagas. Tama melirik perempuan yang beberapa waktu lalu masih menghangatkan ranjangnya, tetapi kini sudah berbalik arah mendekati Bagas. "Kedatanganku ke sini, jelas berkaitan dengan dia," ucapnya pada Bagas."Apa hubunganmu dengan dia, Tam?" Bukan Bagas yang bertanya, tetapi Surya. "Dia salah satu wanitaku, Om. Dan, sekarang, sepertinya dia ingin merangkak naik ke ranjang Bagas. Ingat, El. Nggak semudah itu kamu bisa mendekati