Lahat ng Kabanata ng Gairah Panas Atasan Mantan: Kabanata 231 - Kabanata 240

“Dok, bagaimana keadaan Mama saya?” tanya Nayla. Saat ini menunjukkan pukul 10.00 pagi. Dokter spesialis yang menangani Miranda datang untuk melakukan check up setiap pagi ditemani oleh dua orang suster sekaligus. Jujur melihat raut wajah sang dokter yang berubah ketika melihat hasil pemeriksaan sang Mama mertua, membuat jantung Nayla berdetak dengan kencang. Dia takut kenyataan buruk akan terjadi pada Mama mertuanya. “Kondisi pasien sedikit menurun. Kami akan terus pantau sampai malam ini. Jika tak menunjukan peningkatan, atau justru semakin menurun, maka pasien terpaksa kami pindahkan lagi ke ruang ICU.”Dokter berusaha menjelaskan dengan kalimat yang baik agar keluarga pasien tidak terpukul mendengar kabar ini. Tapi mereka juga tidak mau menutupi apapun. Rumah Sakit harus benar-benar mengungkapkan kondisi pasien sebenar-benarnya. Mereka tidak mau memberikan janji yang tidak bisa mereka tepati. Namun mereka akan melakukan yang terbaik untuk pasien. “To–tolong lakukan yang terbaik

“Udah bilang makasih belum sama kakek?” tanya Nayla sambil menyuapi Raja makan.“Udah, sama kakek dan mbak udah. Lebih dari empat kali Raja bilang makasih,” jawabnya.Nayla mencebik seketika membuat Raja berdecak karena Mamanya tak mempercayai ucapannya.“Bener kan, kek, mbak? Raja udah bilang makasih lebih dari empat kali, kan?” tanyanya.“Iya, sayang. Raja udah bilang makasih sebanyak lima kali,” jawab sang kakek.“Tuh, kamu dengar gak, Nay?” tanyanya bercanda.“Eh, macem-macem ya nih bocah.”Raja tak kuasa menahan tawa. Dia paling suka menggoda sang mama. Jurus ampuh juga yang dilakukan oleh sang Daddy pada ketika Mamanya sedang marah. Miranda tersenyum menatap interaksi Nayla dan Raja. Fokusnya teralihkan ketika sang mantan suami bertanya padanya. “Bagaimana keadaanmu?”Miranda tersenyum, “baik,” jawabnya bohong. Jelas-jelas tadi dokter menyatakan kalau kondisi Miranda menurun. Di saat yang bersamaan tepat pukul jam 11.00 siang dokter kembali masuk ke dalam ruang perawatan Miran

Di sisi lain, Darren sudah sampai di rumah sakit. Dia sedang mendapat aduan dari Nayla soal Raja yang menjambak rambut temannya.“Raja tuh sebenarnya gak mau gitu, Dad. Tapi gimana ya? Dia itu ganggu Raja. Gak bisa dibilangin sekali. Pas ada guru bicara dia juga ikut bicara. Kata Daddy kita harus mendengarkan guru saat bicara? Ya udah, biar dia diem, tak jambak rambutnya. Biar kapok!”Darren sampai terbatuk-batuk karena keselek makanan mendengar cerita buah hatinya. Dia tak menyangka Raja seperti itu di hari pertamanya sekolah.“Mas, kamu ini nyebelin banget. Bukannya marah malah tertawa. Kualat tuh sampai keselek,” omel Nayla. “Minum, Dad,” kata Raja.Dia memberikan air mineral pada sang Daddy. Sesekali tersenyum penuh kemenangan ke arah sang mama, seolah harapan mamanya pupus untuk membuat sang Daddy menghukumnya.“Makasih, Boy,” ujar Darren. Sementara Nayla bibirnya sudah manyun nahan kesel.“Terus menurutmu aku harus marah, sayang? Bagian mananya tindakan Raja yang bikin aku mara

Miranda tak menyangka saat dia berada di atas ranjang pasien dengan penyakit kanker yang dideritanya, sang mantan suami justru melamarnya kembali. Tapi Miranda sadar kalau dia tidak boleh egois. Masa depan Andika masih cerah jika dia tidak bersamanya.“A–aku tidak mau,” jawab Miranda lirih.Dia mendorong dan menjauhkan kotak cincin yang disodorkan Andika. Miranda merasa tidak pantas untuk dinikahi lagi oleh lelaki yang pernah ia sakiti. Andika masih baik dan peduli padanya saja membuat Miranda sangat bersyukur. Miranda tahu kalau dirinya tidak akan berusia panjang. Sementara, Andika masih punya kesempatan untuk memiliki istri yang lebih baik dari dirinya. Andika masih tampan, masih gagah. Sedangkan dirinya, sudah kurus dan rambut rontok parah karena proses kemo yang selama ini ia jalani, meski Miranda mulai stop kemo karena frustasi dengan hasilnya yang justru makin memperburuk keadaannya.“Kenapa?” tanya Andika.Andika menatap Mantan istrinya. Dia ingin tahu alasan Miranda menolak l

Darren yang sedang bercanda dengan Raja, lebih tepatnya mereka masih menggoda Nayla, kini fokusnya teralihkan karena ponselnya berdering nyaring.“Siapa sih itu ganggu aja, Dad?” Raja mulai kepo. Sejak tadi dia menahan sang Daddy agar tak berangkat ke kantor, eh malah ada telp.“Kakek. Bentar, sayang,” ujarnya.Pria itu segera menekan icon hijau. “Halo, Pa,” sapa Darren. Jantungnya berdetak dengan kencang karena ia takut ada apa-apa dengan sang mama.“Halo, nak. Papa ingin memberi kabar baik. Mama sudah menerima lamaran Papa,” ucapnya.“Huh? Papa dan Mama mau menikah?” Nayla yang syok mendengar suara di seberang telepon karena sang suami menyalahkan speaker di ponselnya. SssssstDarren meminta istrinya diam dulu.“Selamat ya, Ma. Pa. Semoga setelah ini kalian berjodoh seumur hidup,” jawab Darren.“Makasih, nak.”“Akhirnya Darren akan datang ke kondangan Mama dan Papa,” ucapnya sambil tertawa kecil. Andika di seberang telepon juga ikut tertawa. “Ya sudah, itu saja yang mau papa samp