"Kenapa kamu terlihat begitu kaget melihatku datang, Minah?" Ajeng bertanya dengan nada sinis, wajahnya tetap datar seperti biasa. Minah buru-buru menggeleng cepat. "Bu-bukan, bukan begitu, Nyonya. Saya cuma ... ah, silakan masuk, Nyonya," ujarnya sambil segera menggeser tubuh dan membuka pintu lebih lebar agar Ajeng bisa masuk. Ajeng masih menatapnya dengan sinis, lalu melangkah masuk dengan elegan sambil membawa paper bag di tangan kiri dan tas tangan mahal di tangan kanan. Kakinya sudah sembuh, tak perlu lagi menggunakan bantuan tongkat. “Halo,” sapa Ajeng datar sambil melangkah masuk ke ruang tengah. Langkahnya terhenti sejenak saat melihat Hana di sana, kemudian ia melanjutkan kembali. "Bu Ajeng," sapa Hana dengan senyum tipis yang dipaksakan. Dalam benaknya, ia menyiapkan diri untuk melindungi putrinya dari wanita yang terang-terangan menolak pernikahan Daryan dan Savana. Savana buru-buru bangkit sedikit dari duduknya. “Pagi, Ma,” sapanya hati-hati, nyaris seperti bisikan.
Terakhir Diperbarui : 2025-08-11 Baca selengkapnya