Ruang rawat VIP yang Savana tempati hening. Hanya suara detak mesin medis dan tarikan napas berat Savana yang terdengar. Tubuh mungil wanita itu terbaring diam, wajahnya pucat, matanya tertutup rapat. Infus menancap di pergelangan tangan, dan selang oksigen terpasang di hidungnya. Daryan duduk di kursi yang sama sejak operasi selesai. Ia tidak bergeming, tidak tidur, bahkan tidak meninggalkan ruangan barang satu detik pun. Matanya sembab, tapi tetap memandangi Savana dengan penuh harap. Tangannya menggenggam jemari istrinya erat, seolah takut kalau genggaman itu akan terlepas. Dengan gerakan lembut, ia meraih tisu basah dari meja dan perlahan mengusap wajah Savana. Dahi, pipi, hingga lehernya yang berkeringat. Ia menunduk, mendekatkan wajahnya, lalu membisikkan sesuatu di telinga istrinya. “Cepet bangun, jangan lama-lama istirahatnya,” bisiknya lirih, suaranya pecah. “Aku gak mau kamu ninggalin aku, cukup anak kita aja sayang.” Tangannya gemetar saat menyentuh rambut Savana. Ai
Terakhir Diperbarui : 2025-08-21 Baca selengkapnya