Semua Bab Terjebak Cinta Tuan Arogan : Bab 61 - Bab 70

“Ini tidak mungkin, aku tahu, Lola belum punya pacar!” oceh Maureen, tapi Max malah merebahkan kepalanya di bantal.Dia tidak peduli apapun yang bukan menyangkut tentang istrinya.“Aku yakin, apa terjadi sesuatu dengannya? Aku harus menghubungi lagi!” Maureen ingin kabur, tapi Max menarik tangannya.“Aku mau menelpon sebentar Lola, Max!” ucapnya.“Kau sedang berselingkuh? Hah!” cetus Max, ucapannya seperti laki-laki yang cemburuan.“Kau gila. Dia Lola, dia temanku. Tidak usah berpikir yang tidak benar!” Maureen menunjukkan wajah cemberut.“Oh, dia. Aku kan sudah bilang, lebih baik dia segera urus pernikahan nya. Biar tidak sering mengganggu!” lanjut Max.Otak Maureen pun mengembara.“Astaga! Jangan-jangan tadi benar?” hatinya semakin gelisah.Dia segera menghempaskan tangan Max. Padahal ponsel Maureen hanya berada di tepi ranjang dekat meja lampu. Max seperti orang yang ketakutan ditinggal pergi.Maureen segera menelepon Lola, tapi kali ini panggilannya tidak dijawab.Dia pun mengiri

“Lepaskan tangannya!” hardik Max.Spontan tanpa sadar Nick melepaskan.“Kemarilah!” perintah Max.Maureen segera mendekat dan Max menariknya ke pelukan.“Apa yang sedang kau lakukan? Apa ini yang kau maksud dengan jalan dan berbelanja?”Sergah Max sedikit mencengkram lengan istrinya.“Ssh, aku tidak berbohong. Aku memang akan jalan-jalan, tapi tidak sengaja bertemu dengan Kak Nick, agh!” pekik Maureen saat lengannya semakin di cengkraman kuat ketika istrinya menyebutkan nama Nick.Lola sedikit bergidik melihat sikap kasar Max pada temannya.Dia menepis perlahan pelukan Martin di pinggangnya. Laki-laki mendekapnya dengan sangat erat.Seolah barang berharga yang harus dilindungi.“Kau tidak apa-apa?” suara Martin bertanya dan langsung dijawab dengan anggukan oleh Lola.Tatapan Max masih mengintimidasi Nick.“Kebetulan sekali bertemu, saya hanya ingin mengatakan, tolong lepaskan, Iren, Tuan Max. Dia ini tidak mencintai anda!”Nick yang tanpa ragu berkata, rahangnya naik dengan kasar.Mau

“Ahh umm dasar gila! Aghhh!” Meski berteriak, tubuhnya tidak bisa berbohong. Lola sedang menikmatinya.“Ssshh sudah diam, aku benar-benar sedang menikmatinya. Jangan mengeluarkan cacian, tapi keluarkan lah suara indah mu lagi aah ssh!”Pinggul Martin sedang bergoyang. Dia memutar perlahan lalu menghentakkan dalam, dia ulangi berulang-ulang.“Hmp ahh shh umm ahh!” Lola tidak bisa berkata apa-apa lagi selain lenguhan nya.Tangannya masih mencengkram sprei dengan kuat. Bokongnya pun ikut terangkat dan tanpa sadar dia mengikuti ritme yang dilakukan Martin.“Umm diamlah, aku ingin keluar aaaggghhhh!” lenguhan Martin saat dia menghentikan goyangannya dan dia seperti sedang memuncratkan sesuatu di dalamnya.Lola juga kehabisan napas dan dia pun sama melakukan pelepasannya.Tubuh Martin menindihnya.Yang tersisa hanya deru napas yang masih saling memburu.“Jangan harap kau bisa cerai dariku. Kalau itu tetap menjadi pilihan, aku akan membunuhmu malam ini,” ancam Martin.Dia memeluk tubuh Lola

“Tuan Wilson, Anda tidak apa-apa?” seorang laki-laki langsung menghampiri saat tadi dia berniat membantu berdiri tapi Maureen yang melakukannya.“Cih, ini semua karena atasan kurang ajarmu itu, Benny. Aku sengaja mengajaknya keluar, tapi dia keluar dari mobil saja tidak mau.”“Aku kesal karena dia tidak mau berbicara padaku,” dengus Wilson terdengar sedikit menyindir.“Maafkan saya, Tuan, tapi Anda kan sudah tahu ini akan terjadi,” ucap Benny tapi delikan Wilson membuat ucapannya terhenti.“Mau kau atau dia memang tidak berperasaan. Aku ini sudah tua. Mau sampai kapan dia bersikap seperti itu. Memangnya dunia sudah kiamat sampai dia tidak memperdulikan ku.”“Aku hanya memiliki satu cucu laki-laki yang tidak berguna. Seharusnya dia juga itu mati saat itu juga. Merepotkan saja!”Ucapan Wilson malah semakin tajam. Karena dia tahu, meskipun sudah berkata seperti itu, yang sedang duduk di dalam mobil pasti mendengar, tapi dia seperti sudah tuli dan mati.Wilson bangkit dari duduk dan memba

Nathan sempat penasaran dalam hati dengan panggilan sayang saat Maureen menerima telepon.Dia masuk ke aula tapi hanya berada disisi bangku belakang. Tidak ingin benar-benar masuk ke dalamnya.Yang Maureen tidak tahu, saat dia berbicara serius dengan Lola, Nathan terus memperlihatkan.“Tumben sekali tuan Nathan mau ikut dalam hal seperti ini, biasanya …,” pikirannya sempat terhenti pada tatapan tuannya yang penuh minat pada Maureen.“Oh … rupanya karena dia, wanita barbar tadi tuan benar-benar rela mengikutinya. Ini hal langka, kalau tuan Wilson tahu, dia pasti senang sekali!” lanjutnya berkomentar sendiri dalam hati.“Kau mau mengikuti sampai acara selesai, Iren?” tanya Lola yang sudah terlihat bosan dan mulai lapar lagi karena waktu sudah menunjukkan jam makan siang.“Aku juga malas, untungnya tempat duduk kita tidak terlalu jauh dari pintu. Jadi, kita bisa beralasan ke toilet dan langsung pergi!” Ucap Maureen yang sudah kembali mengambil ancang-ancang untuk pergi. “Ayo kita lakuk