Cahaya terdiam."Aku..." Cahaya menggigit bibirnya, mencari kata yang tepat. "Aku juga ingin kita hidup dengan baik, Mas. Aku tahu semuanya terasa cepat, tapi aku nggak pernah menyesali pernikahan ini."Angkasa mengangkat tangan, menyentuh pipi Cahaya dengan lembut. "Kalau begitu, mulai sekarang, jangan ragu untuk bersandar padaku. Aku suamimu, Cahaya. Dan aku akan selalu ada untuk kamu dan Altair."Tatapan mereka bertaut dalam keheningan. Perlahan, tanpa sadar, ia menyandarkan kepalanya ke dada suaminya.Angkasa tersenyum kecil, merengkuh istrinya lebih erat, dan mengecup puncak kepalanya. "Besok aku mau ajak kamu jalan-jalan sebentar, cari udara segar," katanya.Cahaya tersenyum kecil. "Ke mana?""Ke tempat yang kamu suka," jawab Angkasa santai. "Atau, kita bisa sekadar jalan-jalan sore di taman dekat sini."Cahaya menatapnya, lalu mengangguk. "Itu ide yang bagus."***Keesokan Har
Terakhir Diperbarui : 2025-06-15 Baca selengkapnya