Part 3Aku tersentak. “Tentu tidak, Pa! Aku nggak mungkin melakukan hal seperti itu!” sahutku cepat.Papa masih menatapku tajam, seolah menel4n jangi kebohongan yang mungkin kusembunyikan. Sementara itu, Mama tampak semakin gelisah, tangannya saling mer3mas di pangkuan.Ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat, meletakkan tangannya di bahuku. “Angkasa, Mama tahu kamu sibuk. Tapi jangan sampai Cahaya merasa diabaikan, apalagi saat dia sedang mengandung. Kamu harus lebih perhatian. Jangan sampai kamu menyesal, Nak.”Aku hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Tenggorokanku terasa kering. Cahaya, di mana kamu?“Papa, Mama... silakan istirahat dulu. Aku pastikan dia nggak apa-apa. Aku akan cari Cahaya,” kataku akhirnya sambil merogoh ponsel dari saku celana."Coba telepon dia dulu!""Maaf, Pa. Cahaya nggak bawa HP, HP-nya ditinggal."Papa mengernyit. "Kenapa ponselnya ditinggal? Apa dia marah sama kamu?”Aku terdiam, rahangku mengatup rapat. Sejujurnya, aku tahu betul kalau Cahaya t
Terakhir Diperbarui : 2025-05-17 Baca selengkapnya