All Chapters of Dokter Sakti Penguasa Dunia: Chapter 231 - Chapter 240

"Ya sudah kalau Ibu nggak kenal, aku jadi tenang," kata Ewan. "Soalnya dia sudah meninggal."Plak! Sendok di tangan Aruna tiba-tiba jatuh ke atas meja. Dia memandang Ewan dengan ekspresi terkejut, lalu bertanya, "Tadi kamu bilang apa?""Aku bilang, Abdi Hantu sudah meninggal."Begitu Ewan selesai berbicara, air mata langsung mengalir dari mata Aruna. Ewan buru-buru bertanya, "Kenapa Ibu nangis?"Aruna menyeka air matanya, lalu bertanya dengan suara bergetar, "Dia meninggal karena apa?""Dia terkena racun kecubung dan selama lebih dari 20 tahun terjebak di dalam patung kepala dewa yang gelap ...."Ewan pun menceritakan semua hal tentang Abdi Hantu dari awal hingga akhir, tanpa menyembunyikan apa pun.Setelah mendengarnya, Aruna langsung menangis keras. Melihat ibunya begitu terpukul, Ewan langsung sadar bahwa Aruna bukan hanya mengenal Abdi Hantu, kemungkinan besar hubungan mereka juga tidak biasa.Butuh waktu lama sebelum tangisan Aruna akhirnya mereda. Ewan segera menyodorkan tisu.Se

"Sejak saat itu, orang-orang mulai menyebut Ega sebagai Dewa Pembantai. Dan namanya menjadi sebuah tabu di ibu kota."Ewan sampai melongo. Seorang diri, dengan sebilah pedang, membunuh 3.000 orang! Pencapaian macam apa itu?Bahkan mungkin Barry, peringkat pertama dalam Daftar Langit, pun tak akan sanggup melakukannya!Aruna melanjutkan, "Bukan hanya itu, Ega juga membunuh semua orang yang pernah melihat kita berdua. Dia melakukan semua itu demi melindungi kita. Kalau nggak, mustahil kita bisa hidup tenang di Papandaya selama 20-an tahun ini."Aruna berkata dengan lembut, "Ewan, ayahmu memilih melawan seluruh dunia demi dirimu. Jadi, kamu boleh membenci siapa pun, asalkan jangan membenci ayahmu.""Terus, ke mana Ayah? Apa dia ... sudah meninggal?" tanya Ewan dengan nada serius."Aku nggak tahu ke mana dia pergi. Sejak malam itu, tak ada lagi kabar soal Ega. Ada yang bilang dia mati, dikeroyok oleh para ahli dari berbagai kelompok. Bahkan kabarnya, dia mati dengan tubuh yang nggak utuh.

Ridho memegang mikrofon dan berkata, "Rekan-rekan, sahabat-sahabat, selamat malam semuanya!""Hari ini kita berkumpul di sini untuk mengadakan acara penganugerahan 'Dokter Teladan' Papandaya yang ke-7. Ini bukan hanya kehormatan bagi para dokter yang menerima penghargaan, tapi juga kehormatan bagi seluruh tenaga medis kita.""Para dokter yang mendapat penghargaan malam ini telah berdedikasi di garis depan pelayanan medis. Dengan keahlian dan semangat mereka, mereka telah menyelamatkan banyak pasien dan menyelamatkan banyak nyawa. Kisah mereka sungguh menyentuh hati dan patut dijadikan teladan oleh kita semua ....""Aku berharap melalui acara seperti ini, kita bisa memotivasi lebih banyak tenaga medis untuk meneladani para tokoh ini. Belajar dari yang terbaik, bersedia berkorban, bekerja sepenuh hati, semangat dalam berkarya, dan berani memberikan kontribusi.""Di saat yang sama, aku juga berharap semua tenaga medis dapat bergandengan tangan, menjunjung tinggi misi menyelamatkan jiwa, m

Begitu kalimat itu keluar dari mulut Ewan, seluruh ruangan hening.Semua orang mengira Ewan akan memulai dengan perkenalan diri, lalu mengucapkan sedikit kata-kata sebagai penerima penghargaan. Tak ada yang menyangka dia justru memulai dengan cara yang tak biasa.Suasana sunyi senyap. Semua orang mulai berpikir, siapa sebenarnya orang yang paling bahagia di dunia ini?Di atas panggung, Ewan kembali bersuara, "Sebenarnya siapa yang paling bahagia di dunia ini? Jawabannya sangat beragam. Sebuah surat kabar luar negeri pernah mengadakan survei mengenai hal ini. Ada tiga jawaban teratas.""Pertama, dokter yang berhasil menyelamatkan nyawa pasien kritis setelah melewati risiko besar. Kedua, seorang ibu yang memandikan bayinya setelah seharian sibuk bekerja. Ketiga, seorang seniman yang baru saja menyelesaikan karyanya, lalu bersiul sambil menikmatinya.""Aku sangat setuju dengan jawaban itu karena aku adalah seorang dokter. Pekerjaan sebagai dokter memang penuh tantangan, tapi juga penuh su

Kelopak mata Ewan berkedut. Apa maksudnya? Memangnya sepanas itu? AC juga masih nyala, 'kan?Neva tidak berhenti sampai di situ. Dia lanjut membuka kancing kedua kemejanya. Kali ini, kulit putih yang terlihat jauh lebih banyak.Ewan buru-buru mengalihkan pandangan, tak berani lagi menatap. Namun entah kenapa, ada suara di dalam hatinya. 'Lihat saja, cepat lihat lagi ....'Tak tahan, Ewan kembali menoleh dan menatap Neva. Neva yang menyadari gerak-geriknya itu pun tersenyum licik. Kemudian, tangannya perlahan bergerak ke arah kancing ketiga.Mata Ewan terpaku pada tangan Neva. Dalam hati, dia terus berkata, 'Buka ... ayo buka lagi ....'Di luar dugaan, Neva tiba-tiba berhenti dan bertanya, "Ewan, aku cantik nggak?""Hmm." Ewan mengangguk."Menurutmu, aku atau Lisa lebih cantik?"Lagi-lagi pertanyaan itu ...."Menurutku, kamu dan Kak Lisa punya pesona masing-masing. Nggak bisa dibandingin." Ewan menjawab dengan jujur."Kalau begitu, malam ini ... kamu mau nggak ... nginap di sini?" tanya