"Neisseria meningitidis.""Apa-apaan itu, mantra dari Harry Potter?!" bentak Jumadi, suaranya sudah diliputi kepanikan.Pak Faris menyesuaikan kacamatanya dengan seringai kecil yang menyebalkan."Itu bakteri, Pak Jumadi. Si bajingan kecil yang membakar otak dan tulang belakangmu. Meningitis. Infeksi darah, kejang, halusinasi. Mereka ada di dalam kepalamu.""Oh, bagus sekali," gerutu Jumadi memegangi lehernya. "Otakku sudah serasa seperti ditusuk garpu panas.""Itu gejala awal yang umum. Demam, kaku leher, mual, takut cahaya, gangguan kesadaran ...." Faris merincinya seperti sedang membaca daftar belanja, meski ada bayangan takut di balik sikap tenangnya.Alvaro menyesap tehnya, kakinya menyilang seakan sedang menonton pertunjukan komedi. "Wah. Bravo, ada profesor patogen di sini. Ingatkan aku untuk mencalonkanmu dapat Hadiah Nobel karena menyebutkan hal yang sudah jelas."Faris melotot ke arahnya, tetapi Alvaro sama sekali tidak terusik. "Lucu, 'kan? Begitu dekat, tapi tetap salah mend
Magbasa pa