Zed berbalik dan sikapnya langsung berubah saat mengamati Alvaro.Dia membusungkan dada, mengepalkan tangan, sambil memandang tajam dengan sikap bermusuhan.“Ternyata, kaulah yang memeras dan ganggu adikku, ya?” Zed mencibir.“Dengar baik-baik, pria lemah sepertimu sebaiknya menjauh dari adikku. Kalau terus mengganggunya, kau bakal mati.”Alvaro mendengus dan merasa terhibur.“Bocah, kau nggak punya sopan santun? Kalau ada, kau harusnya menyapaku abang ipar dengan baik.”Mendengar ini, wajah Zed langsung muram.“Abang ipar?” dia menggeram.“Kau kira kau siapa, dasar orang bodoh! Emang kau pantas? Keluargaku harusnya mempekerjakanmu sebagai pembantu!”Alvaro terkekeh.“Kau sebodoh yang dilihat.”Amarah Zed memuncak dan tangannya bergemetar.“Kembalikan kartunya, pencuri! Kalau nggak …!”Alvaro melipat tangannya, sikapnya yang tenang membuat Zed bertambah emosi.“Kalau nggak apa?” tanyanya dengan mata yang tampak terhibur.Keberanian Zed hampir menghiburnya.“Kalau nggak aku akan memakum
Baca selengkapnya