Pagi itu, langit masih diselimuti kabut tipis. Udara dingin dari celah jendela kecil kamar kos Neina membuat tulangnya menggigil. Ia membuka mata perlahan, tubuhnya terasa lemas, perutnya berdenyut pelan. Rasa lapar menyeruak, seperti gelombang yang tak bisa ditahan.Ya, ternyata ia telah melewatkan makan malam. Dan kini, rasa lapar pun mulai melanda. Perutnya sudah mulai protes sejak subuh tadi. Ia menghela napas, menatap langit-langit kusam yang mulai menguning di sudut-sudutnya. “Tuhan… aku bahkan nggak ada persiapan makanan untuk mengganjal perut,” gumamnya lirih. Ia mengusap perutnya yang masih rata, seolah berbicara pada jabang bayi di dalam sana. “Sabar ya, Nak. Mama akan cari makan sebentar lagi.”Ia bangkit pelan dari kasur tipisnya, merapikan rambut yang kusut. Tak lupa, ia pun mencuci wajah agar tidak terlihat pucat. Lalu melangkah ke arah pintu. Dalam pikirannya, ia sudah merencanakan untuk pergi ke warung dekat gang untuk membeli telur dan nasi, meskipun uang di dompe
Last Updated : 2025-10-20 Read more