All Chapters of Putra Langit Tak Tertandingi: Chapter 151 - Chapter 160

Langit pagi di atas Perbatasan Jingbei menggantung suram. Kabut abu-abu menari tipis di antara celah bebatuan, menyembunyikan suara hembusan angin yang menyelinap di balik pepohonan tua. Di kejauhan, deretan pegunungan tandus membentang seperti punggung naga, menandai batas antara wilayah sekte-sekte besar dan dunia liar yang belum dijinakkan. Di tengah dataran luas yang telah dipagari oleh formasi pelindung kelas menengah, dua belas murid pilihan dari Sekte Putra Langit berdiri membentuk empat kelompok. Jubah mereka berkibar ditiup angin spiritual yang mulai berhembus dari dalam portal dimensi. Tepat di sisi luar formasi itu, empat Master Gerbang, Wu Lin Jia, Bao Zhang, Bao Jie, dan Bai Guan Xing, berdiri sejajar. Di atas altar batu, Tian Fan berdiri tenang dalam balutan jubah putih bersih tanpa ornamen. Namun siapa pun yang jeli... akan melihat sedikit warna abu-abu pucat di bawah mata sang Pemimpin Langit. “Dengar baik-baik,” suara Tian Fan terdengar dalam, namun tidak kera

Kabut racun menyelimuti lembah. Angin hening, seolah waktu berhenti. Beberapa murid Sekte Putra Langit merangkak dalam luka. Tapi di antara pohon-pohon tinggi... dua sosok berdiri. Lei Xuan Ying, Dewi Racun Sekte Petir Tulang Hitam, bersama Tetua sektenya, sedang bergerak mendekati lokasi tubuh Tian Fan yang belum sepenuhnya pulih. “Aku hanya butuh satu tusukan lagi,” bisik si Tetua. “Dan Tian Fan akan habis di sini.” Lei Xuan Ying tak menjawab. Ia menatap dingin tubuh yang setengah terbaring, napasnya berat, tubuhnya sudah menghitam di satu sisi. Namun sebelum mereka sempat bergerak... Zrakk!! Sebuah sabetan energi iblis memotong udara, menghantam tanah di hadapan mereka. Retakan memanjang. Tanah bergetar. Sosok anggun turun dari langit, mata ungu bersinar, mengenakan jubah ilusi kabut. Ling Qingxuan. “Aku mulai muak dengan kalian,” katanya datar. Lei Xuan Ying menyipitkan mata. “Iblis?” Qingxuan menatap mereka dengan sinis. “Aku datang ke perburuan ini untuk

Cahaya pagi menelusup masuk ke sela-sela gua, memantul lembut di dinding batu hijau. Tubuh Tian Fan masih terbaring telentang. Dadanya naik turun tenang. Bekas luka racun sudah lenyap. Aura dalam tubuhnya pun terasa jernih dan seimbang. Di sampingnya, Xuan Ying terbangun lebih dulu. Rambut panjangnya tergerai liar, sebagian menutupi dada. Tatapannya lembut... tapi sarat emosi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mendekat perlahan. Tanpa suara. Tanpa alasan. Hanya rasa yang tak bisa dijelaskan... saat bibirnya menempel lembut ke pipi Tian Fan. Lalu turun ke dagu... lalu ke bibir. Tak sadar, ia sudah mencium lelaki itu lama sekali. “Hmm...” suara serak Tian Fan pelan terdengar. Matanya terbuka separuh. “Kau bilang... tidak mencintaiku? Tapi ciumanmu ini... manis sekali.” Xuan Ying tersentak. Pipi pucatnya berubah merah muda. “A-aku... aku hanya... hanya memastikan tubuhmu stabil.” “Ya, ya... stabil lewat ciuman... ilmu penyembuhan baru ya?” Tian Fan menyerin

Saat merasakan getaran aneh, Tian Fan segera memanggil kesepuluh istrinya untuk segera datang membantu. Tak lama kemudian mereka semua pun tiba dengan antusias, setelah penjelasan singkat dari Tian Fan kini sepuluh pilar lama dan lima pilar baru telah bersatu rukun dalam satu kesatuan. ... Langit di atas Lembah Perburuan kembali menghitam. Bukan karena racun... tapi karena retakan dimensi yang terbuka perlahan di udara. Petir merah menyambar dari balik celah langit, membawa hawa kematian dan teriakan ribuan jiwa yang diseret paksa dari neraka iblis. Tian Fan berdiri paling depan, tubuhnya tegak memandangi langit yang robek itu. Di sisi kanan dan kirinya, berdiri Qingxuan dan Xuan Ying dengan jubah perang mereka masing-masing. "Ling Lanxi! Ling Hanyue! Ling Yueli!" teriak Tian Fan lantang. Tiga cahaya muncul dari lembah, melesat cepat ke sisi Tian Fan. Ketiga dewi dari keluarga Ling berdiri sejajar, mata mereka bersinar. "Kami siap, Suamiku." Tian Fan mengangguk. La

Saat semua orang mengira pertempuran telah usai... Satu retakan hitam kecil muncul tiba-tiba di udara, sisa kehendak Jiwa Iblis Keenam, serpihan kesadarannya yang masih tersisa! Dari celah retakan itu, satu tombak jiwa melesat deras, menembus ruang spiritual dan langsung mengarah pada satu titik. Tombak itu terlalu cepat... bahkan untuk mata Tian Fan yang telah melampaui batas manusiawi. Fan Shishi! Tian Fan bergerak. Tapi satu halangan tak terlihat menghentikannya sejenak. Semua orang berteriak panik. "Shishi!" "Nyonya kesepuluh, awas!" Namun tepat ketika tombak itu hendak menembus Fan Shishi yang tengah mengelus perutnya... Satu sosok melesat, Qin Yue! Tubuhnya melindungi Shishi dengan seluruh tenaga. Tubuh rapuhnya menahan tombak iblis itu dengan dada terbuka, tanpa ragu. Seolah pengorbanan itu adalah jalan hidupnya sejak awal. Waktu seperti berhenti. Tian Fan menangkap tubuh Qin Yue yang jatuh, mendekapnya erat. Darah segar membasahi pelukannya. "T