-- Air dari shower masih menetes pelan, seperti waktu yang enggan bergerak. Lampu kamar mandi berembun, membuat cahaya meredup, seolah malu menyentuh tubuh Sukma yang berdiri mematung di balik kaca buram. Tak ada musik, tak ada suara—hanya suara tetesan air yang jatuh ke lantai, lambat tapi pasti, menyisakan keheningan yang anehnya terasa berat. Ia berdiri di sana, diam, membisu, seperti patung basah yang dilukis dengan bayangan luka. Lingerie putih tipis membungkus tubuhnya yang setengah menggigil, transparan oleh air, menempel erat pada kulit seperti kabut yang enggan lepas dari tanah di pagi hari. Sutra lembut itu tak lagi memberi kehangatan. Hanya menyampaikan satu pesan—kerinduan yang tertinggal. Sukma memeluk dirinya sendiri. Bukan karena dingin, tapi karena tubuhnya sendiri adalah satu-satunya pelukan yang masih bisa ia andalkan malam ini. Rambut panjangnya tergerai, acak-acakan, menjuntai lemas di punggung dan sebagian menempel di pipi serta lehernya yang basah. Wajahnya t
Last Updated : 2025-08-01 Read more