Mereka akhirnya sampai di meja makan. Lutut Sukma masih sakit setelah dipaksa merangkak, tubuhnya terasa pegal, namun ia menahan diri. “Duduk di sini, Sukma,” Dimitri memerintah sambil menatap tajam. “Kamu tidak boleh duduk di kursi seperti orang.. Tempatmu di bawah, di lantai.” Sukma menatapnya, lelah dan kesakitan. “Dim, jangan terus seperti ini. Aku capek, lapar, lututku sakit… seluruh tubuhku rasanya ingin menyerah.” Dimitri menghela napas, namun matanya masih menyimpan kilatan tegas. “Kamu harus benar-benar memahami peranmu. Kalau lapar, ambil bagianmu dengan benar.” Sukma menunduk, menelan rasa malu dan lapar, lalu menurut. Ia duduk di lantai, persis di bawah kursi Dimitri, yang menatapnya sambil duduk di hadapan meja makan. Di hadapannya tersaji banyak hidangan lezat, aroma daging yang menggoda menusuk hidungnya. Tak lama, seorang pelayan menurunkan nampan untuk Sukma dilantai. Saat ia membuka penutupnya, matanya membulat karena kaget. Daging yang tersaji tampak mentah. “
Last Updated : 2025-11-03 Read more