“Emangnya aku gak boleh nambah?"Qiana langsung menoleh cepat, menatap Zayn dengan alis terangkat. “Tambah? Maksudnya roti bakarnya kurang ya? Yaudah aku bikin lagi deh, Kak.”Zayn mendengus geli, menahan tawa di bahu istrinya. “Bukan itu, Sayang…”“Lho? Kalau bukan roti, terus apaan?” Qiana menoleh polos, ekspresinya serius sambil memegang pisau selai.Tatapan Zayn turun sebentar ke bibir istrinya, lalu kembali ke matanya yang bening. Senyum nakal tersungging di bibirnya. “Maksudku, aku mau tambah yang kemarin.”Qiana terbelalak, wajahnya langsung merona merah padam. “Ka—Kak Zayn! Ih, pagi-pagi ngomongnya gitu.” Ia buru-buru menunduk, pura-pura sibuk merapikan roti di piring.Zayn terkekeh, tak membiarkan Qiana lolos. Tangannya masih melingkar erat di pinggang sang istri, lalu ia menyandarkan dagunya di bahu Qiana sambil berbisik pelan, suara beratnya memenuhi telinga istrinya.“Kenapa? Salah ya kalau suami pengen lebih banyak dari istrinya?”Qiana makin salah tingkah. “Ya salah lah!
Terakhir Diperbarui : 2025-09-11 Baca selengkapnya