Suara desis AC seolah menghilang, tergantikan oleh suara napas mereka yang berpacu. Setiap sentuhan, setiap ciuman, membawa Qiana dan Zayn semakin larut dalam pusaran kenikmatan.Tubuh mereka sama-sama menegang, seolah waktu berhenti sesaat. Qiana mencengkeram erat pundak Zayn, bibirnya terkatup rapat menahan desahan, sementara Zayn memeluk istrinya lebih erat, seakan tak ingin ada jarak sekecil apa pun."Aahh, Kak...""Qia... Qiaaa... Ughhh..."Dan ketika gelombang itu mencapai puncaknya, keduanya serempak terhanyut—melepas segala penat, rindu, dan cinta yang menumpuk.Kepala Zayn terkulai pasrah di dada Qiana, wajahnya basah oleh keringat, napasnya masih tersengal. Qiana menunduk, mencium puncak kepala suaminya, lalu merapatkan pelukan."Makasih sayang." Zayn berbisik, suaranya serak tapi lembut.Qiana hanya mampu tersenyum samar, tubuhnya masih bergetar kecil. “Aku bahagia banget malam ini.”Zayn tersenyum, lalu menyapu lembut keringat di pipi Qiana dengan ibu jarinya. “Aku juga.
Huling Na-update : 2025-10-02 Magbasa pa