Lewat tengah malam, hujan mulai turun di Zurich, rintiknya membasahi kaca balkon. Sunrise masih duduk termenung di lantai ruang tamu, punggungnya bersandar pada sofa, rambutnya sedikit berantakan. Lampu tetap mati, hanya cahaya samar dari kota yang menyusup melalui tirai.Ponselnya masih tergeletak di meja, layar terkunci. Namun, setiap beberapa detik, ia menoleh ke arahnya, seperti menunggu pesan yang ia sendiri takut untuk terima.Dari kejauhan, suara petir bergemuruh. Sekilas, ia merasa seperti kembali ke malam itu, malam ketika dunia yang ia kenal runtuh.Sorak-sorai pesta tahun baru di kapal D’Amore Marittimo berubah menjadi jeritan, kaca pecah, darah di lantai dek yang licin. Dan di tengah semua itu, nama Eleonora Loredan menjadi kutukan yang membakar telinganya."Ayah, Ibu..." ratapnya pelan. Ia menunduk, memeluk lututnya lebih rapat.Jemarinya menyentuh luka kecil di lengannya, bekas dari malam itu. Luka itu tak pernah benar-benar hilang.Tiba-tiba, pintu apartemennya diketuk.
Last Updated : 2025-08-08 Read more