Beranda / Romansa / The CEO'S Forbidden Bride / 66. Kehadiran Khairen

Share

66. Kehadiran Khairen

Penulis: DF Handayani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-12 13:33:15

Sunrise masih tak beranjak dari meja dapur, kepalanya tergeletak lelah di meja. Segelas air yang tadi dipegangnya kini kosong. Ia belum bergerak sejak percakapan terakhir dengan Khairen terputus.

Denting lift terdengar di lorong apartemen Sunrise. Pintu terbuka, memperlihatkan Khairen keluar dengan langkah mantap meski jelas sekali tubuhnya belum pulih sepenuhnya.

Nick dan dua pengawal mengikuti di belakang, wajah mereka tegang.

Bel dan ketukan keras di pintu membuat Sunrise tersentak. Bunyi kepalan tangan yang tegas, berat, dan mendesak, menggedor-gedor pintunya.

Degup jantung Sunrise memburu, kali ini ia benar-benar merasa takut. Takut, jika orang yang masuk ke apartemennya datang lagi. Ia mengambil botol dan memegangnya kuat untuk berjaga-jaga.

Langkahnya pelan menuju pintu. Ia memeriksa dari layar monitor, yang pertama terlihat adalah tubuh tegap Nick, diikuti dua pengawal berpakaian hitam.

Namun yang membuat langkahnya melambat adalah sosok tinggi dengan mantel panjang dan scarf
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • The CEO'S Forbidden Bride    66. Kehadiran Khairen

    Sunrise masih tak beranjak dari meja dapur, kepalanya tergeletak lelah di meja. Segelas air yang tadi dipegangnya kini kosong. Ia belum bergerak sejak percakapan terakhir dengan Khairen terputus. Denting lift terdengar di lorong apartemen Sunrise. Pintu terbuka, memperlihatkan Khairen keluar dengan langkah mantap meski jelas sekali tubuhnya belum pulih sepenuhnya.Nick dan dua pengawal mengikuti di belakang, wajah mereka tegang.Bel dan ketukan keras di pintu membuat Sunrise tersentak. Bunyi kepalan tangan yang tegas, berat, dan mendesak, menggedor-gedor pintunya.Degup jantung Sunrise memburu, kali ini ia benar-benar merasa takut. Takut, jika orang yang masuk ke apartemennya datang lagi. Ia mengambil botol dan memegangnya kuat untuk berjaga-jaga.Langkahnya pelan menuju pintu. Ia memeriksa dari layar monitor, yang pertama terlihat adalah tubuh tegap Nick, diikuti dua pengawal berpakaian hitam.Namun yang membuat langkahnya melambat adalah sosok tinggi dengan mantel panjang dan scarf

  • The CEO'S Forbidden Bride    65. Tak Terduga

    Sunrise berdiri di tengah ruang apartemennya yang porak-poranda. Cahaya lampu langit-langit nampak putih pucat seperti wajahnya. Nafasnya berat, dada naik turun, jemari yang mengepal terasa bergetar.Tidak ada barang berharga yang hilang. Hanya dokumen perjanjian kontrak. Artinya, mereka orang yang memang sedang menargetkannya.Perjanjian itu bukan hanya kertas, tapi satu-satunya alat yang bisa ia mainkan jika segalanya berbalik arah. Tanpanya, ia tak punya senjata.Steve.Nama itu terlintas di kepalanya, memicu rasa panas di tengkuk. Ia menunduk, menatap lantai yang berantakan, lalu menyeringai tipis.Seorang petugas keamanan mendekat.“Nona White, kamera keamanan menunjukkan tiga pria berpakaian hitam masuk ke unit Anda sekitar dua puluh menit lalu. Wajah mereka tertutup masker. Mereka keluar hanya tiga menit kemudian. Kami yakin mereka sangat terlatih.”Sunrise mendongak. “Plat mobil?”“Kami tidak menemukannya. Mereka menggunakan mobil hitam tanpa tanda.”Ia mengangguk singkat. “Pe

  • The CEO'S Forbidden Bride    64. Jebakan Steve untuk Sunrise

    Sunrise meninggalkan kamar Khairen. Berjalan keluar dari mansion, langkahnya cepat tapi hatinya masih tertinggal di sana, di ruangan gelap dengan aroma obat dan napas berat yang tadi nyaris membuatnya ingin menetap.Kata-kata Khairen masih menggema di telinganya, tentang berdiri di sisinya, melindunginya, dan tentang janji yang ia anggap mustahil ditepati.Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan denyut jantungnya yang tak beraturan. Ia menepis pikiran itu. Tidak boleh ada kelemahan. Bukan untuk Khairen, bukan untuk siapa pun. Ia ingin berjuang untuk dirinya sendiri.Mobilnya terparkir di depan pilar, sekali lagi ia menoleh menatap pintu yang masih terbuka. Dengan penjaga yang berdiri di kedua sisi pintu."Seandainya kita tak pernah bertemu. Mungkin semua akan baik-baik saja. Aku akan segera mengakhiri semua." gumamnya di dalam hati. Tanpa tahu jika Khairen sudah mengetahui identitas aslinya. Dan tetap memilih untuk diam dan melindunginya.Ia masuk mobil menyalakan mesin dan mela

  • The CEO'S Forbidden Bride    63. Saling Khawatir Tapi Gengsi

    Pelayan itu berhenti di depan pintu kayu tinggi yang menjulang, menundukkan kepala ragu. Ia takut akan mendapatkan hukuman. “Nyonya, tuan berpesan tidak ingin—”Sunrise tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Ia menekan kenop pintu dan mendorongnya perlahan.Aroma samar obat-obatan langsung menyambutnya. Tirai tebal menutup hampir seluruh cahaya, hanya menyisakan sedikit semburat jingga yang menembus celah. Dan di sana di atas ranjang besar berlapis seprai putih, Khairen terbaring.Infus menancap di tangan kirinya. Wajahnya pucat, hanya pipinya yang memerah menandakan suhu tubuhnya meninggi. Napasnya berat, namun teratur.Ada kilasan rasa sesak yang tiba-tiba merambat di dada Sunrise saat melihatnya seperti itu.“Khairen…” bisiknya nyaris tak terdengar.Ia segera melangkah mendekat, lututnya nyaris menyentuh tepi ranjang. Dengan ragu, ia mengangkat tangannya dan menyentuh dahi pria itu. Panas.Sunrise menahan napas, merasa seolah panas itu merembes masuk ke hatinya

  • The CEO'S Forbidden Bride    62. Kegelisahan Sunrise

    Pagi itu, udara Zurich terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan semalam masih menyisakan aroma tanah basah yang samar menyelinap dari celah jendela kamar.Sunrise membuka pintu kamarnya dengan langkah pelan, setengah berharap mendapati suara atau gerak di ruang tamu.Tapi, kosong."Dia benar-benar pergi?" ucapnya pelan, lebih ke kecewa. Matanya mencari-cari sosok yang jelas sudah tak ada.Sofa yang semalam menjadi tempat Khairen duduk masih rapi seperti tidak pernah disentuh. Jas hitam yang sedikit basah oleh hujan sudah hilang. Sepatu kulitnya tidak ada.Bahkan botol air mineral yang ia berikan pun sudah lenyap dari meja. Seakan Khairen hanya datang sebagai mimpi yang singkat dan berakhir sebelum fajar.Sunrise berdiri beberapa detik di ambang ruang tamu. Ada rasa aneh yang menyeruak di dadanya, sebuah rasa kosong yang entah mengapa sulit ia abaikan.Bukankah semalam ia sendiri yang menghubungi Nick untuk menjemput Khairen? Bukankah ia yang menutup pintu, menegaskan jarak? Lalu kenap

  • The CEO'S Forbidden Bride    61. Ungkapan Hati Khairen

    Lewat tengah malam, hujan mulai turun di Zurich, rintiknya membasahi kaca balkon. Sunrise masih duduk termenung di lantai ruang tamu, punggungnya bersandar pada sofa, rambutnya sedikit berantakan. Lampu tetap mati, hanya cahaya samar dari kota yang menyusup melalui tirai.Ponselnya masih tergeletak di meja, layar terkunci. Namun, setiap beberapa detik, ia menoleh ke arahnya, seperti menunggu pesan yang ia sendiri takut untuk terima.Dari kejauhan, suara petir bergemuruh. Sekilas, ia merasa seperti kembali ke malam itu, malam ketika dunia yang ia kenal runtuh.Sorak-sorai pesta tahun baru di kapal D’Amore Marittimo berubah menjadi jeritan, kaca pecah, darah di lantai dek yang licin. Dan di tengah semua itu, nama Eleonora Loredan menjadi kutukan yang membakar telinganya."Ayah, Ibu..." ratapnya pelan. Ia menunduk, memeluk lututnya lebih rapat.Jemarinya menyentuh luka kecil di lengannya, bekas dari malam itu. Luka itu tak pernah benar-benar hilang.Tiba-tiba, pintu apartemennya diketuk.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status