All Chapters of Membuatmu Menjadi Milikku: Chapter 131 - Chapter 140

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya Nimora," sambut Sophia, membungkuk hormat pada kedua tamu penting tersebut sambil senyum semanis mungkin. 'Tuan Nimora sangat tampan dan semakin mempesona. Jika bukan karena aku tahu dia pria iblis yang mengerikan, mungkin aku telah lancang jatuh hati padanya. Syukurlah bukan aku juga perempuan yang ditaksir olehnya, karena pria kejam sepertinya tak akan bisa memperlakukan wanitanya dengan baik.' batin Sophia, sejenak terpesona pada sosok Nimora yang semakin tampan. "Ah, kalian sudah datang?" ucap Jabier, datang dari depan karena dia baru pulang. Jabier dan daddy-nya baru pulang dari kantor untuk menyambut orang spesial ini. Namun, sepertinya mereka sedikit terlambat sehingga sosok ini lebih dulu tiba di sini. "Ini … Nindi Amora-mu?" ucap Exel, mengamati istri dari cucunya tersebut dengan tampang muka serius. Nindi senyum pada kakek tersebut, begitu juga dengan Zeeshan yang menganggukkan kepala sambil senyum pada kakeknya. Pria tua ini lah seniman

Leonard langsung menatap panik ke arah Zeeshan, khawatir jika sepupunya tersebut marah dan menyalahkan istrinya. Leonard percaya tidak mungkin Clara membawa Nindi dari sini. Namun, Zeeshan sangat berlebihan jika tentang Nindi, oleh sebab itu dia khawatir. "Tutup mulutmu!" ucap Leonard cukup ketus pada Sophia, setelah itu kembali menatap Zeeshan yang terlihat masih khawatir, "tidak mungkin Aria mengajak Nindi keluar. Aria pertama kalinya datang ke nagara ini. Dia belum mengenal tempat-tempat di sini, Cacan." Zeeshan menghela napas pelan, menatap Leonard datar. "Tenang saja, aku tidak menuduh istrimu. Yang sering menjadi penghasut di antara pertemanan mereka, itu Poni. Jadi sekalipun mereka memang keluar, pasti Poni yang mengajak. Lagipula, aku yakin Clara tahu kondisi Poni yang sedang …-" Zeeshan menghentikan ucapannya, saat dia tak sengaja mendongak ke atas dia melihat sesuatu yang membuatnya langsung geleng-geleng kepala. Dua makhluk yang dikabarkan hilang tersebut ada di sana,

"Argkkk … Pak!" pekik Clara dengan nada marah dan kesal, mendorong dada bidang Leonard supaya menjauh darinya. Pria gila ini tiba-tiba saja masuk ke dalam toilet ini lalu menciumnya dengan liar dan ganas. Clara sedang di toilet yang umum digunakan oleh seluruh penghuni rumah. Siapapun bisa datang ke tempat ini. Sejujurnya tak masalah karena Leonard sudah sah menjadi sukanya. Hanya saja, tetap Clara tak enak. Apa kata keluarga pria ini padanya?! "Cukup yah, Pak!" marah Clara, mendongak dan menatap galak pada suaminya. "Aku paling tidak suka …- hmppttt …." Belum selesai Clara marah-marah pada pria ini, bibirnya kembali diterkam oleh Leonard. Clara kesal dan memberontak, akan tetapi pada akhirnya dia mengalah. Dia merasa semakin dia memberontak, ciuman pria ini semakin kasar. Leonard terus melumat bibir Clara, menjelajahi rongga mulut perempuan itu sampai dia benar-benar puas. Namun, ketika dia selesai dengan bibir manis dan ranum milik Clara, dia tak berhenti begitu dia. Sa

Hari ini adalah hari pesta pernikahan Clara dan Leonard. Pesta tersebut sangat meriah, dihadiri oleh keluarga Azam, De'Felix serta keluarga Adam. Tentunya orang tua Clara–papa dan mama tirinya juga hadir. Awalnya Clara merasa tak percaya diri, gugup dan kurang bersemangat. Namun, setelah melihat orang tuanya, Clara sangat bersemangat dan kepercayaan dirinya tumbuh seketika. Bisa dikatakan hari ini adalah hari terbahagia untuk Clara. Senyumnya tak pernah pudar, sejak melihat orang tuanya hingga acara selesai. "Hehehe ... aku cantik juga ternyata," ucap Clara, di mana saat ini dia suda kembali ke kamar Leonard. Ah, kamarnya juga karena mulai sekarang dia akan menempati kamar ini. Acara pesta sudah selesai, di mana semua orang di rumah ini mungkin sudah istirahat. Clara menatap penampilannya di depan cermin, memutar tubuh lalu senyum lebar. Tadi, saat dia dirias, Clara tak bisa menikmati keindahan dari kecantikannya sendiri. Dia hanya bengong dan terus diam karena perasaan

Zeeshan dan Nindi memasuki rumah mewah orang tuanya. Mereka datang bersama dengan Oliver serta Danzel–ayah Nindi yang datang menjemput ke bandara. Orang-orang di dalam terlihat terkejut melihat Nindi, lebih tepatnya pada perut besar Nindi. Lachi bangkit dan langsung menghampiri putrinya. Di sisi lain, salah satu maid buru-buru ke halaman belakang untuk memanggil Zayyan dan Kina, karena keduanya memang ada di halaman belakang untuk mempersiapkan makan malam yang akan diadakan di sana. Tak lama Zayyan dan Kina datang, sama-sama menyambut hangat kepulangan putra dan menantu mereka. Lachi membantu putrinya duduk, di bantu oleh Kina. "Eh, Nindi," sapa Suli dengan nada ramah, senyum lebar dan bersikap sangat manis pada perempuan itu. Hal tersebut membuat Lachi, Samantha, dan Jabier merasa sangat aneh. Sebab, tadi perempuan ini mengatai Nindi–terang-terangan memperlihatkan rasa tidak sukanya pada Nindi. "Hai, Tante," sapa balik Nindi dengan ramah. "Ii, cantiknya kamu sekarang.