All Chapters of Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir: Chapter 181 - Chapter 190

Aqeela membantu Calizta minum obat. Mereka duduk bersama di sofa dan saling berdampingan. “Sayang, Mama benar-benar bahagia.” Calizta memegang tangan Aqeela dan menepuknya dengan lembut. “Aku juga, Ma.” Aqeela tersenyum. Dia sangat ingin melihat Bramasta, tetapi tidak bisa karena pria itu di atas atap. “Apa Mama mau tidur?” tanya Aqeela. “Mama tidak ingin tidur karena taku kamu akan meninggalkan Mama, Sayang,” jawab Calizta. “Mmm.” Aqeela benar-benar bingung. Dia ingin menghabiskan waktu bersama Calizta dan tidak tega meninggalkan wanita itu di tempat Arion, tetapi gadis itu pun mau pulang dengan Bramasta yang merupakan suaminya dan pria yang paling peduli padanya. “Apa kamu mau meninggalkan Mama? Kita sudah terpisah selama delapa belas tahu lebih dan beru bertemu lagi sekarang.” Calizta kembali memperlihatkan wajah sedihnya. “Mama hidup sebatang kara dan terkurung di gudang tua.” Calizta berusaha mengatakan penderitaannya. Dia tidak tahu dengan kehidpan Aqeela yang jauh lebih

Blade mencoba menghubungi nomor Aqeela dan masih aktif, tetapi panggilannya tidak ada jawaban. Wanita itu benar-benar khawatir. Dia berlari cepat kembali kepada Bramasta.“Tuan.” Blade melihat Bramasta yang terus menghubungi Aqeela. Pria itu mendeteksi lokasi sang istri yang masih berada di dalam villa.“Apa kamu bisa masuk?” tanya Bramasta.“Tidak. Pintu bawah dikunci dan ada Calizta yang menghalangiku,” jawab Blade.“Calizta berkata Aqeela sedang tidur dan akan menginap di sini,” jelas Blade.“Apa? Itu tidak mungkin. Aqeela sudah berjanji untuk pulang bersamaku.” Bramasta mendekati pintu dan menuruni tangga.“Aqeela!” teriak Bramasta dan tidak ada siapa pun di sana.“Aqeela. Ayo kita pulang!” Bramasta memukul pintu kaca.“Aqeela,” sapa Bramasta yang berharap sang istri akan datang padanya.“Di mana Aqeela?” Bramasta tidak mendengar dan melihat apa pun. Villa itu tampak sepi. “Villa ini sangat besar. Kemana mereka membawa Aqeela dan Calizta?” Bramasta sangat kesal. Dia mau memecahkan

Aqeela masih juga belum membuka mata. Dia telah berada dalam hipnotis dengan menggunakan peralatan medis yang canggih. Crus bersama tim sedang menghapus ingatan masa lalu Aqeela.“Tuan, ingatan yang membuatnya trauma tidak bisa dihapus,” jelas Crus.“Kenapa?” tanya Arion.“Karena ingatan itu dibentuk ketika Non Aqeela masih sangat kecil hingga remaja,” jelas Crus.“Hapus saja ingatan tentang Bramasta.” Arion melihat Aqeela dari balik dinding kaca.“Apa Anda lebih dulu bertemu dengan Non Aqeela dari pada Bramasta?” tanya Crus.“Tidak. Bramasta lebih dulu. Tidak masalah. Aku akan mengenalinya dari awal. Membuat ingatan dan memori baru untuknya,” jelas Arion.“Baik, Tuan. Kami akan menghapus ingatan dimulai dari Non Aqeela bertemu dengan Bramasta.” Crus memperhatikan Arion.“Apa bisa menghapus semuanya?” tanya Arion.“Tidak, Tuan. Itu artinya menjadikannya kembali seperti bayi,” jelas Crus. “Hm. Hapus ingatan tentang Bramasta saja. Lakukan secepatnya. Pria itu pasti akam segera menemukam

Arion benar-benar lupa bahwa Aqeela adalah seorang hacker hebat. Gadis itu hanya butuh ponsel dan jaringan internet akan membuatnya menjelajahi dunia dengan mudah. Menemukan apa pun yang disembunyikan.“Tanggal dua puluh September dua ribu dua puluh lima. Kenapa aku merasa mundur?” Aqeela melihat kalender di ponsel.“Aku harus mencari informasi tentang diriku sendiri. Aqeela Calizta Anggara.” Jari-jari Aqeela telah menjelajahi dunia maya. Dia mencari berita tentang dirinya.“Tidak. Aku harus mandi dulu. Ini akan sangat lama.” Aqeela membawa ponsel masuk ke kamar mandi. Gadis itu membersihkan diri dengan cepat dan membungkus tubuh dengan baju handuk. Dia kembali menjelajahi sosial media dan dunia maya.“Kenapa banyak informasi tentang diriku yang dihapus? Apa aku tidak sepenting itu?” Aqeela sangat kesal karena dia sangat membutuhkan laptop canggih.“Ponsel ini sudah diretas. Aku butuh yang baru dan benar-benar belum tersentuh. Laptop jauh lebih berguna untuk disambungkan dengan ponsel.

Aqeela terus menatap Bramasta yang memeluk dan menciumnya dengan rasa khawatir dan takut. Dia masih bingung, tetapi diam dan menerima saja perlakuan pria itu.“Aqeela.” Butiran bening jatuh dari mata Bramasta dan menetep pada pipi Aqeela. “Om,” sapa Aqeela tanpa sadar. Dia menyentuh pipi Bramasta.“Iya, Sayang.” Bramasta memeluk erat tubuh Aqeela.“Apa Anda Omku?” tanya Aqeela. “Rasanya kita sangat dekat,” ucap Aqeela. “Aku suami kamu, Aqeela,” tegas Bramasta.“Suami?” Aqeela menghapus air mata yang mengalir di pipi Bramasta. “Kenapa rasanya sakit sekali?” Aqeela menekan dadanya yang sesak.“Aaahhhkkk!” Aqeela berteriak dan memegang kepalanya.“Aqeela, ada apa?” Bramasta benar-benar khawatir dan ketakutan melihat Aqeela kesakitan.“Sakit!” teriak Aqeela menarik rambutnya.“Aqeela jangan lakukan itu.” Bramasta memegang tangan Aqeela dan melihat rambut yang rontok.“Apa yang terjadi? Rambutnya sangat sehat dan kuat. Bagaimana bisa jatuh dengan mudah?” Bramasta memeluk erat tubuh Aqee