All Chapters of Membebaskan Diri Dari Perbudakan Suami dan Anak: Chapter 91 - Chapter 100

Livia menarik tangan Haira dengan ekspresi penuh kesedihan, lalu menggeleng. "Sudahlah, hari ini 'kan hari bahagia. Jangan dibahas lagi."Justru karena sikap Livia yang seperti itu, Farel menjadi semakin panik. "Sebenarnya kenapa? Siapa yang menamparmu?"Haira tampak seperti tak bisa menahan diri. "Si Jovita!"Begitu nama Jovita disebut, Farel langsung tertegun. Para tamu juga mulai berbisik satu sama lain."Jovita? Bukankah itu istrinya Farel, putri Keluarga Tantono?""Ini yang disebut pelakor ditampar? Kalau dipikir-pikir, Farel kelewatan ya. Adain pesta ulang tahun buat Livia, tapi nggak bawa Jovita.""Wajar sih. Kalau aku jadi Jovita, aku juga pasti curiga suami selingkuh."Suara bisik-bisik di sekitar membuat air mata Livia semakin tak terbendung.Justin menarik Haira agar berhenti berbicara, tetapi Haira seperti senapan otomatis. Begitu mulut dibuka, dia langsung tak bisa diam."Tadi aku sama Livi ke toilet, terus ketemu Jovita. Dia pakai gaun pesta. Kami pikir dia juga mau ikut

"Jovita!" Suara Farel tiba-tiba naik beberapa oktaf.Livia pun menangis lagi di saat yang tepat ini."Kak Farel, di sini banyak orang, sudahlah. Anggap saja aku sendiri yang terpeleset, ini nggak ada hubungannya dengan Jovita."Namun, semakin Livia bersikap seperti ini, Farel justru semakin marah.Beberapa orang di sekitar yang mengenali mereka pun mulai berbisik-bisik."Eh, itu anggota Keluarga Wibisono, 'kan?""Suaminya rayain ulang tahun cinta pertama, istrinya keluar bareng cowok lain, terus ketemu di sini."Semakin lama, komentar orang-orang semakin pedas. Dalam lingkaran sosial mereka, semua orang tahu bagaimana dunia ini bekerja.Sudah biasa pria kaya punya simpanan. Bahkan, banyak juga wanita kaya yang memelihara pria. Karena dalam dunia mereka, pernikahan tidak dibangun dengan cinta, tetapi dengan kepentingan.Meskipun demikian, biasanya mereka menutup sebelah mata. Jarang sekali ada yang berani membuat keributan seperti ini di depan umum.Semua orang mulai mengerumuni mereka

"Pak Luca mungkin harus kecewa hari ini, karena wanita cantik ini adalah pasangan dansaku malam ini."Jovita menggandeng lengan Santos dengan anggun, lalu memandang Luca dengan tenang. "Benar sekali. Lagian, aku dan Farel sedang dalam proses perceraian, jadi sebentar lagi kami bukan suami istri lagi. Karena Farel bawa pasangan, aku nggak bakal ganggu mereka."Ucapan Jovita seketika membongkar hubungan antara Farel dan Livia di depan umum. Mendengar bahwa mereka tengah mengurus perceraian, hadirin pun mulai ramai berbisik-bisik. Wajah Farel tampak sangat suram."Oh, begitu ya? Kalau bisa berpisah baik-baik, itu juga hal bagus. Kalau begitu, aku nggak akan ikut campur urusan anak muda. Kalian bersenang-senanglah."Luca memang pintar. Sekilas saja dia sudah tahu situasinya. Jika Jovita memang ingin memutuskan hubungan dengan Farel, dia pun tak perlu repot-repot membantu mereka.Di bawah arahan Luca, hadirin akhirnya bubar. Jovita tetap menggandeng lengan Santos, berjalan ke sisi lain ruan

Siska baru mengangkat telepon setelah cukup lama. Napasnya terengah-engah seperti benar-benar kelelahan.Jovita langsung panik. "Kenapa? Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Jangan-jangan habis minum malah kebablasan dan dimanfaatkan orang?Siska menghela napas panjang. "Ada masalah, masalah besar. Kalian cepat ke sini ya."Usai berbicara, Siska langsung menutup telepon. Jovita buru-buru memanggil sopir pengganti bersama Santos, lalu mereka menuju rumah Siska.Jovita tahu kode akses rumahnya. Begitu pintu dibuka, aroma aneh langsung menyergap dari dalam.Detik berikutnya, mereka melihat Ario duduk bersila di lantai, memeluk tempat sampah dengan wajah penuh kesedihan.Sementara itu, Siska duduk di sofa sambil menatapnya dengan ekspresi jijik. Melihat keduanya datang, Siska langsung mencebik dan memeluk Jovita."Vita, aku apes banget! Tempat sampahku itu merek LV. Lihat, jadi kotor setelah dia muntahin!" Selesai berbicara, Siska menunjuk ke arah sofa. "Sofa itu juga diimpor dari luar negeri, kulit

Sandra akhirnya lebih tenang.Jovita memanfaatkan waktu untuk keluar ke lorong dan menelepon Santos. "Hari ini aku mau minta izin cuti."Santos tidak langsung menolak. "Masa masih masa magang sudah minta izin cuti ...."Jovita sempat mengira dia kesal dan ingin menjelaskan alasannya, tetapi kemudian merasa urusan keluarga tak perlu terlalu dibuka.Akhirnya, dia hanya menggigit bibir dan berkata, "Aku benaran ada urusan mendesak. Kalau perlu, potong saja gajiku."Santos masih ingat, terakhir kali saat mabuk, Jovita tetap memikirkan gajinya. Sekarang Jovita malah bilang gajinya boleh dipotong. Itu berarti, dia bertemu masalah besar."Oke. Kalau butuh bantuan, langsung telepon aku.""Terima kasih."Setelah menutup telepon, Jovita kembali. Namun, sebelum sempat duduk, pintu ruang operasi telah dibuka.Dokter keluar dari dalam. Sandra dan Jovita buru-buru menghampiri."Dokter, gimana keadaannya?""Ayahku nggak apa-apa, 'kan?"Dokter mengangguk. "Untung dibawa cepat. Kami sudah lakukan opera