All Chapters of Membebaskan Diri Dari Perbudakan Suami dan Anak: Chapter 31 - Chapter 40

Kantor Santos sangat besar, dengan jendela kaca besar dari lantai ke langit-langit yang membuat ruangan tampak terang dan luas.Meja kerjanya tepat berada di depan jendela itu. Saat melihat Jovita masuk, dia langsung meletakkan dokumen yang sedang dikerjakannya."Kamu sudah datang?" sapa Santos.Jovita berjalan mendekat, baru sadar bahwa di dinding dekat pintu terdapat sebuah tulisan besar.[ Menegakkan keadilan, tak gentar menghadapi kesulitan. ]Tulisan itu terbuat dari papan timbul berwarna merah, agak kontras dengan dekorasi ruangan yang bernuansa oriental klasik.Namun, tulisan itu membuat Jovita terpaku sesaat. Kenangan lama yang sudah lama terkubur kembali membanjiri pikirannya.Dulu saat memilih jurusan kuliah, keluarganya sebenarnya ingin dia belajar keuangan supaya bisa mengelola perusahaan keluarga di masa depan.Namun, Jovita sangat tertarik pada hukum saat itu. Jadi, dia diam-diam memilih jurusan hukum tanpa memberi tahu orang tuanya.Karena hal itu, sempat terjadi perteng

Jovita mengangguk setelah mendengar tawaran itu. "Ya, aku mau coba."Staf bergegas ke belakang untuk mencari ukuran yang cocok dengannya. Sambil menunggu, Jovita berkeliling di dalam toko. Saat melihat sebuah tas baru berwarna merah yang terlihat bagus, dia hendak mendekat untuk melihat lebih jelas. Namun, detik berikutnya, tas itu sudah diambil oleh sepasang tangan yang ramping.Jovita tidak mempermasalahkannya. Dia bisa meminta staf untuk mengeluarkan satu lagi. Namun, sebelum dia sempat bersuara, suara seorang wanita terdengar. "Jovita? Ternyata kamu!"Jovita pun menatap wanita itu. Ternyata Haira, teman Livia. Di belakang Haira berdiri seorang pria bernama Justin, yang merupakan teman sekelompok Farel.Mereka berdua sepertinya bertemu di suatu pesta. Saat itu Livia membawa Haira, dan di sanalah dia berkenalan dengan Justin. Tak lama kemudian, mereka pun menjalin hubungan. Jovita masih samar-samar ingat karena dia juga ada di pesta itu."Wah, ternyata Kakak Ipar! Aku dengar dari Far

"Heh, seekor burung kenari emas yang dipelihara di rumah selama bertahun-tahun, masih juga beli pakaian kerja. Nggak tahu malu ya.""Aku pakai uangku sendiri untuk beli. Itu hakku, nggak perlu kamu repot-repot urus."Justin berdiri di pintu dan menyela, "Sayang, dia cuma beli baju kerja supaya tahu gimana rasanya jadi wanita karier."Haira tertawa dingin. "Ya juga sih, dia sudah lama banget nggak terjun ke masyarakat. Bisa dapat kerjaan? Aku sih nggak percaya."Jovita tidak berniat menanggapi kedua orang itu. Kebetulan, ponselnya berdering. Dia menerima panggilan, dari seberang terdengar suara staf HRD."Bu Jovita, besok saat datang wawancara, jangan lupa bawa ijazah atau bukti kelulusan ya.""Baik." Setelah menutup telepon, Jovita langsung berjalan ke kasir untuk membayar.Haira yang berdiri cukup dekat, samar-samar mendengar kata wawancara. Dia segera berjalan ke arah Justin dengan ekspresi terkejut. "Jangan-jangan dia benaran dapat kerjaan?"Justin mengerucutkan bibir, tampak mereme

Setengah jam kemudian, ayam goreng yang dipesan pun tiba. Livia membawa ayam goreng itu ke depan pintu kamar Arfan. Anak kecil itu sedang merajuk di dalam kamar.Livia mengetuk pintu. "Arfan, Bibi bawa makanan yang lebih enak dari mie telur lho."Arfan masih meringkuk di bawah selimut, cemberut, tidak bersuara. Livia membuka kotak ayam goreng dan meletakkannya di depan pintu. Tak lama kemudian, aromanya langsung menyebar ke dalam kamar.Arfan langsung bisa mengenali baunya. Itu ayam goreng! Seketika, dia melompat turun dari tempat tidur dan berlari membuka pintu. Begitu melihat ayam goreng di depan pintu, matanya langsung berbinar-binar.Mana ada anak kecil yang tidak suka makanan seperti ini? Namun, karena Farel suka makanan sehat dan Jovita juga menganggap makanan luar itu tidak sehat, mereka tidak pernah mengizinkan Arfan makan makanan seperti ini.Livia membawa ayam goreng ke meja, sementara Arfan makan dengan lahap. "Bibi memang yang terbaik. Bibi selalu beliin semua makanan yang

Tadi masih sombong, bilang hanya perlu satu telepon, Jovita pasti akan balik dengan patuh. Alhasil, sekarang malah langsung dapat tamparan balik lewat pesan dari pengadilan.Dengan kepribadian Farel yang sangat menjaga gengsi, bisa ditebak amarahnya pasti sudah meledak. Rendy memberi kode ke dua temannya, barulah Justin dan Mike menutup mulut mereka.Rendy yang cukup cerdas pun mengubah sikapnya setelah melihat situasi. "Perempuan itu memang suka drama. Sering pakai cara aneh-aneh cuma buat cari perhatian. Menurut aku, Jovita nggak benar-benar mau cerai, mungkin cuma mau nakut-nakutin kamu."Mike langsung menimpali, "Aku juga setuju sama Kak Rendy. Jovita cinta mati sama kamu, kita semua bisa lihat sendiri. Lagi pula, Arfan sudah segede itu, mana mungkin kalian cerai sekarang."Rendy dan Mike menatap Justin, yang langsung ikut menambahkan, "Aku rasa mereka benar. Jovita sudah dewasa, sekarang juga sudah jadi ibu. Nggak punya pengalaman kerja juga. Meskipun lulusan kampus top, tetap saj