Gladys menahan napas, tangannya masih mencengkeram lengan jas Bintang. Genggamannya terasa kaku, seolah itu satu-satunya pegangan di tengah rasa tak nyaman yang tiba-tiba membekap.“Kalau aku jadi kamu,” ujar Bintang pelan, nyaris tak terdengar di tengah heningnya ruangan, “aku nggak akan berkedip. Karena… sebentar lagi, semua orang di sini bakal lupa kamu ada.”Gladys menoleh cepat, matanya menajam. “Maksudmu apa?”Bintang hanya mengangkat bahu, tetapi sorot matanya tak lepas dari wanita di atas panggung. Ada sesuatu di tatapan itu—bukan sekadar penasaran, tapi seperti campuran kewaspadaan dan rasa tidak suka.Wanita itu berdiri tegak, gaunnya jatuh anggun membingkai tubuh rampingnya. Senyum kecil terukir di bibirnya, dan sorot matanya menyapu seluruh ruangan, seperti seorang ratu yang hendak menyampaikan titah.“Mungkin di sini ada yang sudah mengenal saya…” katanya, suaranya jernih, mampu memecah senyap yang begitu tebal. Beberapa kepala di antara tamu mulai bergerak, berbisik-bisi
Last Updated : 2025-08-09 Read more