All Chapters of Istri Kedua Sang Jenderal: Chapter 41 - Chapter 50

Dominic terlihat sangat akrab bercengkerama dengan Lysa, bahkan mereka tertawa-tawa bersama. Sementara Vargaz hanya sesekali bicara saat Lysa mengajaknya, itu pun terlihat enggan.Apakah ini sebabnya Lysa mencoba akrab dengannya walaupun mereka tidak saling kenal? Sepertinya, Dominic telah bercerita sesuatu tentangnya.Anna meraih jus di atas meja dan menyesapnya. Di sampingnya, Kaiden mengambil segelas anggur putih. Baru beberapa detik, beberapa pria kelas atas mulai mengajak Kaiden mengobrol.Anna menyibukkan diri dengan minumannya, mencoba untuk tidak menarik perhatian para tamu wanita. Ia tahu mereka semua hanya ingin berbasa-basi agar terlihat di mata Kaiden.Beberapa kali Anna bertemu pandang dengan teman sekelasnya saat berada di akademi. Tetapi mereka tampak segan untuk menyapa dan hanya hanya menatapnya dari jauh.Lagi pula, Anna sama sekali tidak akrab dengan mereka lagi. Setelah lulus dari akademi, ia menyibukkan diri dengan bekerja demi bertahan hidup.Setelah berita perni

Kamar Kaiden tidak semewah yang Anna pikirkan.Ia kira, ia akan melihat segala macam kemewahan: emas, rumbai, permata, atau barang-barang yang mahal. Tetapi mulai dari dinding, ranjang, lemari, atau sofa di ruangan itu, semuanya terlihat sederhana. Warna abu-abu dan putih mendominasi.Atau, Kaiden mungkin menyesuaikannya dengan kamar di barak militernya. Mengingat, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di sana.Satu-satunya yang menonjol di kamar itu adalah ranjang yang berukuran sangat besar, berada tepat di samping jendela. Lalu, vas berisi bunga lily di atas nakas.Mulai malam ini dan seterusnya, Anna akan tinggal di sini. Ralat, hanya setahun.Anna mendesah lelah dan duduk di sofa. Ada sebotol alkohol dan gelas sloki yang ditata di atas meja. Camila memberitahunya bahwa ada tradisi minum anggur sebelum pengantin tidur bersama di ranjang.Anna mungkin hanya akan minum sedikit. Minuman itu tidak akan pernah menjadi favoritnya.Ia duduk diam mengamati kamar itu sekali lagi ketika

Apa yang terjadi semalam adalah kesalahan. Anna tidak tahu bagaimana dan mulai dari mana, ia tidak bisa mengingat detailnya. Ia hanya ingat bahwa keduanya minum anggur secara bergantian, kemudian kepalanya terasa pusing. Setelahnya, ingatannya seolah langsung melompat pada kejadian saat Kaiden berada di atas tubuhnya, telanjang, dan mengerangkan namanya— ‘Tidak’. Ia tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. Ia tahu bagaimana pun juga, cepat atau lambat, mereka akan melakukannya. Hubungan intim selayaknya suami-istri. Tetapi, apa yang terjadi semalam terlalu cepat, terlalu tiba-tiba. Anna masih mencoba memproses apa yang terjadi saat ia bangun dalam keadaan telanjang bulat, begitu pula Kaiden. Berbeda dengannya yang syok luar biasa, Kaiden terlihat jauh lebih tenang. Ia hanya berdeham, keluar dari tempat tidur, dan berjalan ke kamar mandi. Sudah 30 menit berlalu dan pria itu sama sekali belum keluar. Anna masih duduk di tepi ranjang setelah mengenakan gaun tipis tanpa dal

Anna menatap sekeliling kamar Kaiden yang rapi dan tidak tahu harus melakukan apa. Ia ingin mengecek Fay dan Vasily, tetapi Camila memberitahu kalau keduanya meminta untuk berkeliling ibu kota sebelum pulang.Mereka tampaknya ingin menikmati waktu mereka di ibu kota, jadi Anna tidak ingin berkomentar apa pun. Apalagi, mereka hanya punya waktu sehari sebelum kembali ke distrik 1.Anna beranjak dari tempatnya dan hendak berjalan ke balkon ketika rak buku yang tersudut di samping lemari menarik perhatiannya. Ia mendekat dan matanya menyipit memindai judul-judul yang tertera.Itu adalah buku-buku tentang politik, perang, dan militer.Beberapa sudah pernah Anna baca dan pelajari. Tetapi sebagian besar belum pernah ia lihat sebelumnya. Sepertinya Kaiden membaca buku khusus yang tidak ada di perpustakaan mana pun di Mosirette.Mungkin itu adalah buku-buku lama sebelum perang besar terjadi dan negara Mosirette terbentuk.Bisakah Anna membacanya?Kaiden tidak mengatakan apa-apa soal menyentuh

Camila memindahkan barang-barangnya lebih cepat sore ini.Semua pakaian, perhiasan, dan heels-nya ditata rapi, berdampingan dengan milik Kaiden di lemari yang sama. Pemandangannya begitu kontras. Pakaian Kaiden yang monokrom—hitam, putih, dan abu-abu—sungguh berbanding terbalik dengan gaun sutra Anna yang tersedia dalam berbagai warna dan model yang berbeda-beda.Begitu pula dengan sepatu Kaiden yang hanya berwarna hitam, sementara Anna bahkan sudah tidak bisa menyebut semua shade warna di heels-nya.Camila kemudian mengatur buku-bukunya di rak paling bawah dekat buku milik Kaiden.Setelah menata semuanya, Camila berpamitan pergi. Anna menatap beberapa barang yang ia akan atur sendiri.Pertama, ia meletakkan kemeja hitam yang pernah dipinjamkan Kaiden saat gaunnya robek malam itu. Camila sepertinya lupa dan memberi kemeja itu parfum aroma mawar yang sama dengan pakaiannya.Ia harap Kaiden tidak keberatan. Pria itu terus mengabaikannya sejak tadi.Anna tidak peduli, sungguh.Ia meraih