Semua Bab Pengasuh Kesayangan Presdir Arogan: Bab 31 - Bab 40

“Kenapa kamu diam?” tanya Ethan dengan tatapan terus tertuju pada wajah Emma yang gusar dan panik.“Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?” Tubuh Emma sedikit gemetar. Emma melipat bibir karena hampir keceplosan bicara, jemarinya saling meremat dengan tatapan tertunduk memandang kedua kaki yang berpijak pada lantai.“Bukan apa-apa, Tuan. Saya hanya terkena tipu lalu untungnya saya masih bisa mendapat pekerjaan di sini,” jawab Emma pada akhirnya.Ethan melihat senyum getir di bibir Emma juga tatapan sedih dari sorot mata pengasuh putrinya itu. Dia tahu Emma berbohong karena dia sudah tahu semuanya, tapi Ethan tidak akan mengungkap kejadian malam itu karena dia tak ingin Emma tidak nyaman, apalagi sekarang Ellen bergantung pada Emma.Ethan mengangguk kecil seolah memercayai cerita Emma.“Di Cv-mu, kamu menulis jika pandai berbahasa inggris dan prancis, apa itu benar?” tanya Ethan mengalihkan pembahasan pribadi yang membuat mereka terikat benang merah.“Iya, Tuan. Nanti saya bisa meng

“Saya baik-baik saja, Tuan. Saya akan tetap ikut untuk membantu Anda menjaga Non Ellen,” ucap Emma dengan cepat karena bagaimanapun, menjaga Ellen adalah tugasnya.Ethan diam menatap pada Emma. Lagi pula dia membutuhkan Emme, Ethan juga tak bisa terus berada di dekat Naomi yang bisa membuat emosinya naik.“Baiklah,” balas Ethan lalu dia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari dapur.Saat baru saja sampai di luar dapur, Ethan bertemu dengan Fiona yang sudah memasang wajah kesal.“Pengasuh Ellen itu hanya sedang mencari perhatian saja ‘kan, Kak? Dia tadi jelas-jelas sengaja menyenggolku karena sejak awal dia tak suka padaku. Bahkan dia tak memberiku kesempatan bersama Ellen.”“Ada apa pagi-pagi ribut?”Suara menginterupsi dari arah lain membuat Ethan dan Fiona menoleh bersamaan ke sumber suara. Rosalinda datang dengan wajah keheranan karena mendengar suara Fiona yang meributkan sesuatu.“Ada apa, Fiona?” tanya Rosalinda saat sudah berdiri di hadapan Fiona.Fiona meraih tangan Ros

Di rumah Ethan. Fiona berdiri di dekat jendela kamar dengan ponsel yang menempel di telinga.Fiona menunggu nada dering di ponselnya, sampai akhirnya terdengar suara dari seberang panggilan.“Ada apa, Fiona?”“Pa, aku mau minta bantuan Papa,” ucap Fiona ketika mendengar suara sang ayah.“Bantuan apa? Papa memintamu ke perusahaan untuk belajar bisnis, kamu malah pergi ke rumah sepupumu. Bantuan apa yang kamu minta? Pulang segera dan belajar bisnis.”“Justru itu yang mau aku bahas, Pa. Aku ke sini bukan untuk main-main, kok. Aku ingin belajar bisnis dari Kak Ethan, apa Papa bisa membujuk Kak Ethan agar dia mau menerimaku menjadi asisten pribadinya?” tanya Fiona sambil memilin tepian gorden, dia berharap sang papa mau membantunya.“Kenapa harus dengan Ethan? Kamu bisa belajar langsung di sini dan mendapat posisi bagus, kenapa malah memilih di sana jadi asisten?”Suara sang ayah meragukannya dari seberang panggilan.“Ya, itu karena aku merasa cocok dengan Kak Ethan, Pa. Aku merasa akan le

Emma menatap dengan cepat ke arah wajah Ethan saat mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu. Apa maksud dari kesepakatan yang Ethan ucapkan?Pandangan Emma tertuju pada Naomi yang tersentak. Dia melihat Naomi menatap Ethan dengan ekspresi terkejut tapi juga ada rasa kesal.“Jika kamu melanggar kesepakatan kita, maka kupastikan pengacaraku benar-benar akan menuntutmu,” ucap Ethan lalu menggerakkan kaki untuk membalikkan badan, tapi sebelum itu dia kembali menoleh pada Naomi dan kembali bicara, “bukankah kamu sudah bahagia dan senang hidup dengan mantanmu, kenapa kembali mengusik hidupku?”Satu bibir Ethan tertarik ke atas, lalu dia memalingkan muka dari Naomi, lantas meraih tangan Emma dan mengajak Emma pergi sambil menggandeng tangan pengasuhnya itu.Bola mata Naomi membulat lebar melihat Ethan menggandeng tangan pengasuh putri mereka, kedua telapak tangannya terkepal kuat, gigi-giginya bergemeletuk dengan kepala panas menahan amarah.“Semua karena pengasuh sialan itu yang sudah mem

Emma menjawab panggilan dari Ivan. Dia sangat senang karena adiknya menghubungi.“Kamu baik-baik saja ‘kan di sana?” tanya Emma seraya menatap Ellen yang sedang bermain.“Aku baik, Kak. Lega rasanya mendengar suara Kak Emma.”Emma tersenyum mendengar ucapan Ivan, saat dia akan kembali bicara, Emma mendengar suara lain dari seberang panggilan.“Kalau kakakmu sudah kerja, suruh kirim uang. Enak sekali dia kerja di sana, lalu semua kebutuhanmu kami yang tanggung.”Emma terkesiap. Ekspresi wajahnya berubah mendengar suara sang bibi dari seberang panggilan.“Ivan, apa Bibi tidak memperlakukanmu dengan baik?” tanya Emma memastikan.“Itu … Kakak tenang saja, biasa ‘kan kalau Bibi suka bicara asal-asalan.”Emma mendengar suara tawa kecil yang dipaksakan dari seberang panggilan, bagaimana bisa Emma tenang jika mengetahui sang bibi terdengar tak menyukai keberadaan Ivan.“Kakak akan mengirim uang, setelah uang Kakak cukup, Kakak akan mengajakmu ke sini, kamu bisa tinggal di kontrakan,” ucap Emm