Arlina menarik napas dalam-dalam.'Semua akan baik-baik saja. Walaupun mereka punya perusahaan besar, tetap saja mereka manusia, bukan harimau.'Arlina menggenggam tangan Rexa, lalu turun dari mobil dengan dituntun olehnya. Meskipun masih jauh, Arlina bisa merasakan tatapan semua orang tertuju padanya. Sungguh tertekan."Pak Rexa ...." Arlina ingin mengatakan sesuatu.Rexa malah mengernyit sambil menatapnya. "Di depan keluarga, kamu seharusnya ganti panggilan, 'kan?""Ganti?" Arlina menatapnya dengan bingung.Sudut bibir Rexa terangkat, matanya mengandung senyuman. "Panggil saja Rexa atau ... Sayang?"'Astaganaga!' Jantung Arlina hampir melompat keluar dari dadanya. Memanggil nama saja dia tidak berani, apalagi ... Sayang?Membayangkannya saja sudah membuat wajahnya panas seperti terbakar. Dia benar-benar panik dan malu.Saat berikutnya, terdengar suara langkah kaki mendekat. Arlina langsung terdiam, lalu buru-buru menenangkan diri dan menatap ke arah suara.Di depan, berdiri seorang n
Baca selengkapnya