Maxton nyaris menangis, wajahnya penuh dengan permohonan.Erick mengejek dengan sinis, "Kalau kamu memang punya uang, apa mungkin sampai sekarang belum bayar?""Itu karena kakakku masih kuliah, jarang pulang. Dia mahasiswi kedokteran, suaminya profesor di fakultas kedokteran, pasti mereka punya uang.""Profesor dan mahasiswi ya? Sepertinya kakakmu dan suaminya pintar bersenang-senang juga." Tatapan Erick mendadak menjadi tajam. "Sekarang aku masih bisa percaya padamu?""Bisa, bisa, kasih aku lima hari. Nggak, tiga hari saja, aku pasti bayar semua beserta bunganya," ujar Maxton dengan senyuman menjilat. "Kak Erick, lenganku ini nggak sebanding dengan uang. Kamu begitu kaya, masa mau musuhan sama uang?"Erick tidak menjawab, membuat Maxton menahan napas menunggu keputusan. Beberapa saat kemudian, Erick mengibaskan tangannya. Tongkat bisbol yang tadi hanya berjarak beberapa sentimeter dari lengannya pun ditarik kembali."Aku kasih kamu waktu tiga hari lagi. Kalau uangnya belum terkumpul,
Baca selengkapnya