“Alisa, kenapa melamun?”Pertanyaan itu membuat Alisa tersentak dalam lamunannya. Punggungnya menjadi lebih tegak. Matanya menatap ke arah Erick dan sekitar meja makan.Ah, dia baru ingat kalau dirinya tengah sarapan bersama Erick. Sementara Dirga belum kelihatan batang hidungnya semenjak mengangkat panggilan telepon.“Tidak, Kak,” geleng Alisa. Dia mencoba mengatur ekspresi wajahnya. “Hanya memikirkan Sabrina dan Andra yang belum kembali,” alibinya.Ucapan Alisa tidak sepenuhnya disebut kebohongan, karena sejurus kemudian, Alisa mengalihkan pikirannya dengan absennya dua sosok tersebut.“Sabrina tidak bisa dihubungi. Tapi, untungnya Andra mengabari Kakak kalau mereka sedang dalam perjalanan pulang.” Raut wajah penyesalan terlukis jelas pada wajah tampan Erick. Tatapannya mengawang. Pria itu melanjutkan, “tahu semalam akan ada badai, Kakak tidak mengizinkan Sabrina pergi,” sesalnya.Menghela napas, Alisa meraih tangan Erick dan mengusapnya pelan. “Mereka akan pulang. Jangan terlalu ce
Terakhir Diperbarui : 2025-10-24 Baca selengkapnya